Benci atau “Benci”
Waktu menunjukkan pukul 05:00 WIB lalu terdengarlah suara alarm handphone yang berarti tandanya saya harus bangun dan bergegas mandi, karena hari ini adalah hari pertama saya masuk SMP setelah tentunya saya lulus dari Sekolah Dasar. Dengan menggunakan pakaian seragam SD dengan rambut yang diikatkan pita dan nametag yang dikalungkan di kepala menggunakan tali rafia saya pergi untuk mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) diantar oleh ayah. Sesampainya disana saya langsung lari menuju lapangan untuk baris sesuai dengan nama kelompok. Nama kelompok saya adalah Cut Nyak Dien.
Seneng rasanya bisa mendapatkan temen yang baru yang tentunya berbeda pada saat saya SD. Selama MOS tidak ada hal yang menarik untuk saya ceritakan pada keluargaku di rumah. Setelah 3 hari diadakan MOS. Akhirnya saya bisa memakai pakaian seragam SMP impian saya. Pada waktu itu ada pembagian kelas dan saya masuk menjadi murid kelas VIIA yang siswanya sebanyak 40 orang. Saat ada pemilihan ketua kelas beberapa orang mencalonkan diri dan ada yang dicalonkan oleh temannya yang kebetulan juga sekelas saat SD dan juga sekelas di kelas VIIA.
Pada saat itu yang mencalonkan diri bernama Satria dan Haris. Sedangkan yang dicalonkan bernama Janu. Setelah diadakan pemunggutan suara, akhirnya Iwan-lah sebagai ketua kelasnya. Iwan menang dalam polling pemilahan ketua kelas karena mayoritas teman SDnya yang menjadi tim sukses untuk memilih Iwan sebagai ketua kelas.
Setelah beberapa bulan menjadi ketua kelas, Iwan mulai tidak adil sebagai pemimpin kelas. Misalnya pada saat itu ada mata pelajaran Matematika yang kosong sehinnga suasana kelas menjadi sangat berisik. Dan biasanya jika ada guru yg tidak masuk diberi tugas tambahan dan yang berisik akan dicatat oleh ketua kelas dan catatan tersebut akan diberitahu kepada wali kelas yang bernama Bu Rossa. Nah pada saat saya sedang asyik mengerjakan latihan Matematika tiba-tiba Lala memanggil saya. “ Jhane, soal nomor 3 sudah dikerjakan? Kalau sudah gimana caranya? Soalnya aku tidak ada jawaban yg sesuai dengan pilihan ganda tersebut” tanya Lala. “Oh kalau no.3 itu caranya sama saja seperti nomor 2. Bedanya kita harus pakai rumus yang ke 2” jawab saya. “Oh begitu, makasih ya Jhane” jawab Lala. “iya Lala sama-sama”.
Baru 1 jam mata pelajaran Matematika berlalu. Tiba-tiba orang yang duduk paling belakang terdengar sangat berisik sekali. Mereka adalah ganknya Iwan. Ternyata mereka sedang asyik bercanda dan bermain game. Di saat itu ada rasa kesal seharusnya Iwan yang sebagai ketua kelas bisa memberikan contoh yang baik kepada teman-temannya. Tetapi dia juga malah ikut bercanda. Bel tanda pulang pun berbunyi. Tugas yang tadi dikerjakan pun harus dikumpul dan di taruh ke Ruang Guru beserta daftar murid yang berisik di kelas.
Keesokan harinya Bu Rossa menyuruh Iwan dan wakil untuk mengambil buku tugas Matematika yang berada di ruang guru beserta daftar murid yang berisik di kelas. Lalu tugas yang kemarin kami kerjakan diperiksa oleh Bu Rossa sementara kami disuruh untuk mengerjakan tugas yang baru. 1 jam mata pelajaran Matematikapun berakhir. Dan Bu Rossa mulai membacakan daftar murid yang berisik dengan muka yang ketus.
Awalnya saya senang sekali saat bu Rossa mulai menyebutkan satu persatu nama murid yang berisik. karena saya yakin kalau saya tidak akan dihukum oleh Bu Rossa. Lalu saya terkejut pada saat bu Rossa menyebutkan nama saya. “Jhanet, ayo kamu maju ke depan” kata Bu Rossa. “Seketika saya merasa heran dan binggung kok kenapa saya maju? Padahal saya tidak berisik saat mengerjakan tugas dari Bu Rossa” tanyaku dalam hati. Lalu saya pun maju ke depan kelas dengan muka yang binggung. Untung pada saat itu Bu Rossa tidak member[ hukuman melainkan hanya menasehati dan menyuruh kami untuk kembali ke tempat duduk masing-masing.
Saat Bu Rossa keluar dari kelas karena saatnya untuk istirahat, tiba-tiba Iwan menghampiriku dan meminta maaf. Tetapi pada saat itu saya tidak merespon pembicaraan Iwan dan langsung bergegas pergi ke kantin untuk makan siang bersama sahabatku, Dega namanya. Lalu Iwan memanggil namaku dari kejauhan “Jhane, Jhane” teriak Iwan. Tetapi saya sama sekali tidak menanggapinya. Dega pun berkata “Apa ga jahat ya dia udah manggil berkali-kali tapi kok kamu ga ngerespon sama sekali?” Tanya Dega. “Ya, enggaklah, lagi siapa suruh dia pilih kasih giliran teman-temannya bercanda malah ga dicatet sih. Kan itu namanya ga adil” Jawabku.
Bel masukpun berbunyi.. Kring kring… Saatnya untuk bergegas lari memasuki ruang kelas. Beberapa saat kemudian Pak Ramdhani Guru mata pelajaran Ekonomi pun datang dengan membawa kertas hasil ulangan yang telah diperiksa dan menyuruh Iwan untuk membacakan absen dan memasukkan nilai ulangan harian ke daftar nilai. Dan saat Iwan membacakan nama saya tiba-tiba teman se-ganknya bersorak “cccciiiieee” serentak 1 kelaspun mengikuti sorakan tersebut. Saat itu juga tiba-tiba pipiku merah serta salah tingkah dan berharap semoga jam pelajaran Ekonomi cepat berlalu.
Bel tanda pulang pun berbunyi kring kring kring.. “Alhamdulillah akhirnya pulang juga”. Kataku dalam hati. Sesampainya di rumah saya mendapatkan sebuah SMS dari Iwan yang berisikan permintaan maaf saat ia menulis namaku di daftar murid yang berisik. pada saat itu pun saya tidak membalas SMS tersebut.
Pada hari Sabtu diadakan latihan pramuka yang dipandu oleh kak kris. Dan ekskul ini wajib dilaksanakan untuk seluruh murid kelas VII. Terdengar dari jauh suara kak kris untuk menyuruh kami berbaris rapih sesuai dengan kelas masing-masing untuk latihan morse dan baris-berbaris yang dimulai dari jam 10 pagi dan berakhir jam 12 siang.
Pada saat istirahat dimanfaatkan oleh kami semua untuk membeli minuman dan cemilan di warung depan sekolah kami. Tiba-tiba saya bertemu dengan ganknya Iwan sedang duduk dibawah pohon sambil menikmati segelas es doger. Tiba-tiba Haris, temannya Iwan memanggil dan bertanya “Jhane, Iwan mana Iwan??”. Tak berapa lama ganknya Iwan bersorak “ccciiiee”. Sayapun langsung lari menuju lapangan untuk kembali ke dalam barisan saya tanpa menjawab 1 katapun dari pertanyaan Haris dan ganknya Iwan.
Keesokan harinya timbul gossip tentang kedekatanku dengan Iwan. Saya pun bersikap tak peduli mengenai gossip tersebut. Toh sejauh ini memang kami tidak mempunyai hubungan yang khusus seperti layaknya orang berpacaran. Gossip tersebut akhirnya cukup membuat Iwan sangat penasaran dan langsung meminta no.tlp rumahku pada Dega, sahabatku tentunya tanpa sepengetahuanku.
Kring..kring..kring telpon rumahku bordering.. lalu terdengar suara pria “Hallo Assalamualaikum, bisa bicara dengan Jhane?”. Lalu kujawab “Wa’alaikumsalam, iya saya sendiri. Ini dengan siapa ya?”. “Ini Iwan.” Jawab Iwan. “Oh.. kenapa telpon? Tahu no rumah dari mana?.” Tanyaku. “Aku tau dari Dega dan aku mau nanya sesuatu sama kamu. Memangnya benar kalo kamu suka sama aku?.” Tanya Iwan. “Hah?? Kata siapa? Orang Cuma gossip aja kok dipercaya sih.” Jawabku. Iwan pun berkata, “Oh.. yasudah kalau begitu. Walaikumsalam” dan langsung mengakhiri pembicaran.
Pada sore harinya Iwan pun SMS menanyakan saya lagi apa. Untuk kali ini saya membalas SMS Iwan tersebut dan lama-lama yang awalnya saya membenci dia sekarang menjadi akrab. Tapi keakraban tersebut terjadi saat berada di rumah saja.
Pada suatu hari bel masuk sudah berdering sejak tadi. Tetapi saya tidak melihat Iwan di ruang kelas. Saya lihat di kantinn pun juga tidak ada. Sebenarnya saya ingin menanyakan kenapa Iwan jam segini belum datang-datang juga kepada ganknya tetapi saya malu dan akhirnya saya memutuskan untuk SMS Iwan. Tetapi pada saat saya baru mengetik pesan tersebut, tiba-tiba Iwan datang. Entah kenapa senang sekali rasanya saat dia datang.
Tak terasa 1 tahun sudah kami di kelas VII dan saatnya untuk naik ke kelas VIII. Pada saat kenaikan pun kami diundi mengambil kocokan untuk pembagian waktu jam masuk sekolah. Ada 2 pilihan yaitu masuk pagi atau masuk siang. Dan saat itu saya mendapatkan kelas pagi. Karena faktor rumah saya yang cukup jauh, sahabat saya juga masuk siang serta tidak bisa bangun pagi akhirnya saya tukar jadwal pagi saya menjadi siang ke Mayda, teman satu kelas saat kelas VII. Dan akhirnya saya masuk siang bersama Dega.
Sayapun menyuruh Iwan datang ke sekolah untuk mengambil undian. Alhasil dia masuk pagi bersama ganknya. Untuk satu tahun ini kami tidak menjadi teman sekalas lagi. Karena adanya perbedaan masuk kelas dan saya ganti nomer hp akhirnya saat itu tidak ada komunikasi sama sekali dengan Iwan.
Suatu hari saat perjalanan ke sekolah dan Iwan perjalanan pulang kami bertemu. Dan Iwan pun memanggil namaku. “Jhane..Jhane..” disaat itu ada sedikit obrolan saja mengingat jam masuk saya sebentar lagi. Senang rasanya bisa ketemu Iwan walaupun cuma sebentar.
Akhirnya pada suatu hari saya mendapat kabar bahwa Iwan telah jadian dengan Nadya teman sekelasku saat kelas VIIA dulu. Kaget bukan kepalang ketika saya mendengar kabar tersebut dari salah satu temannya Iwan yaitu Haris dan Adit. Tak tau kenapa perasaanku saat itu sangat sedih. Saya pun menanyakan langsung kepada Nadya tentang kabar tersebut. Tetapi pada saat itu Nadya tidak mengakui jikalau ia jadian dengan Iwan. Dan sebulan kemudian saya mendapat kabar lagi jikalau Iwan sudah putus dengan Nadya. Masalah atau penyebab mereka putuspun belum jelas. Dan pada saat itu saya sudah menganggap hal itu tidak penting lagi. Justru saya mendapat kabar itu dari Dega sahabatku. Degapun tau tentang hal itu dari Iwan yang cerita via SMS dengan Dega.
Tak berapa lama putus dari Iwan, Nadyapun jadian dengan Kak Rangga ketua OSIS. Sedangkan Iwan sedang pendekatan denganku. Memang pada saat Iwan jadian dengan Nadya perasaanku sangat sedih. Entah itu yang dinamakan suka, yang pada awalnya saya sangat membenci dia. Setelah dua bulan kami pendekatan Iwanpun menyatakan perasaan suka dengan saya. Dengan beberapa pertimbangan awalnya saya menolak dia. Tetapi dia terus memberikan pilihan kepada saya. “Sekarang atau tidak sama sekali”. Kata Iwan. Akhirnya sayapun menerima perasaan saying dia dan kamipun jadian pada tanggal 20 Januari 2007. Tanggal yang sangat istimewa buat kami tentunya.
Lucunya saat kita ketemu di sekolah tidak ada yang namanya ngobrol pada saat kita berteman dulu. Yang ada saat kita ketemu hanya diam dan terkesan sangat malu. Alhasil kami pun asyik ngobrol hanya via chatting, SMS atau telepon. Sedangkan kalau ketemu kami merasa malu. Pada saat saya jadian dengan Iwan awalnya kami backstreet karena alasan saya masih malu jikalau teman SMP kami mengetahui hal ini. Tetapi pada akhirnya mereka mengetahui hal tersebut dan memberikan ucapan selamat kepada kami. Senang sekali rasanya saat itu tidak akan kami lupakan.
Tak terasa sudah 1,5 tahun kami berpacaran, namun keluarga kamipun pada waktu itu belum mengetahui tentang hal kalau kami jadian, hanya teman SMP saja yang mengetahuinya. Pada saat itu Iwan ingin mengantarkan saya pulang ke rumah. Dan saya tidak menolak ajakannya. Selama dalam perjalanan banyak sekali yang kami bicarakan terutama mengenai hubungan kami. 30 menit berlalu dan tiba saatnya kami sampai depan jalan masuk rumah saya yang berada di Cibubur. Eh, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan hamper membasahi seluruh pakaian seragam kami. Kamipun lari agar tidak terlalu basah pakaian kami.
Akhirnya sampai persis di depan pintu gerbang rumah saya. Dan belum sampai saya mengetok pintu, tiba-tiba Ibu membukakan pintu buat kami. Lalu ibu bertanya “Loh ini siapa? Ayo sini masuk mas.” Lalu disaat itu akupun jujur dengan ibuku bahwa Iwan adalah kekasihku sejak 1,5 tahun lalu. Lalu Ibu mempersilakan Iwan masuk dan disediakan handuk serta baju ganti untuk Iwan. Senang sekali rasanya Iwan bisa disambut baik oleh keluargaku.
Akhirnya Iwan dan keluargaku mengobrol di lantai bawah. Sementara aku mandi karena kehujanan. Dari situlah saya yakin dengan hubungan ini dan berniat untuk melanjutkan hubungan ini dengan serius. Dan sejak saat itu juga hubungan kami mendapat restu dari orang tua masing-masing. Dan pada saat Lulus dari SMP ternyata kami pisah sekolah. Tetapi hubungan kami masih berlanjut hingga saat ini dengan bermodalkan kepercayaan dan komitmen yang membuat hubungan kami awet hingga saat ini dan dipersatukan kembali saat bangku kuliah. Dan dia merupakan cinta pertamaku yang tak akan terlupakan. Dan berharap ini adalah cinta pertama buat kami dan juga tentunya berharap menjadi cinta terakhir. Dari awalnya Benci menjadi “Benar-benar Cinta”.
by: novi tri arianty
by: novi tri arianty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar