'http://twitter.com/novitriarianty, My name is Novi Tri Arianty. I was born on 07 November 93. I ♥ Purple, pink and green. I ♥ Psikologi and Biopsikologi. Novi Tri Arianty: 2013

Minggu, 22 Desember 2013

Kekuasaan dan Stress

KEKUASAAN DAN STRESS



1.   Kekuasaan
A.  Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.
Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:
  • Kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
  • Kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi, besarnya kekuasaan ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.

B.   Sumber-sumber Kekuasaan
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok. Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1.      Kekuasaan balas jasa (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)
2.      Kekuasaan paksaan (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
3.      Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.
4.      Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
5.      Kekuasaan panutan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).
6.      Kekuasaan Pengendalian Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.

2.   Definisi Stres
Pada awal mulanya stres berasal dari istilah yang dipakai dalam ilmu metalurgi, dimana lempengan logam yang menahan beban timbangan dinamakan stres. Dikemudian hari kata stres ini diadopsi oleh dunia medis ketika seseorang yang mengalami gangguan syaraf, dikatakan dalam kondisi stres. Sarafino (dalam Saefulloh, 2008) mengartikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Menurut J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada diungkapkan oleh Atkinson (dalam Basuki, 2008) stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stres dinamakan stressor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.
Menurut Lazarus (dalam Basuki, 2008) stress adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.
Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan diatas, maka dapat disimpulkan stres adalah respon individu terhadap kejadian, peristiwa, dan stimulasi yang mengancam dan mengganggu seseorang akibat tuntutan beban yang dialami seseorang dan individu tidak bisa menanganinya karena diluar kemampuannya.

3.    Sumber Stres
Sumber stres (stressor) adalah situasi atau lingkungan yang dianggap mengancam atau berbahaya akan memunculkan tekanan terhadap individu. Asterita (dalam Cotton, 1990) menyebutkan bahwa stressor dapat berupa:
  • Stressor fisik, misalnya polusi, temperatur, atau keterpaparan terhadap penyakit.
  • Stressor psikologis, yang berkaitan dengan reaksi internal individu, seperti pemikiran dan perasaan tentang kondisi yang dianggap mengancam.
  • Stressor psikososial, yang didapatkan dari interaksi psikososial, misalnya dengan keluarga, rekan kerja ataupun adanya isolasi sosial.
Sedangkan menurut Selye (dalam Greenberg, 2002) menjelaskan bahwa sumber stres tidak selamanya berasal dari hal yang buruk, yang disebut distress (misalnya kematian orang terkasih atau pemecatan). Ia menyebutkan istilah eustress, yaitu sumber stres yang berasal dari hal positif (misalnya pernikahan atau promosi kerja).
Lebih lanjut Greenberg (2002) menggolongkan beberapa situasi spesifik yang seringkali menimbulkan stres, yaitu:
a.      Stres pada dunia edukasi, terutama mahasiswa
b.     Stres dalam kehidupan rumah tangga, stres pada orang tua;
c.      Stres pada dunia pekerjaan (stres kerja).

4.    Stres Kerja
Stress kerja merupakan akumulasi dari berbagai stressor (sumber stres), situasi yang terkait dengan pekerjaan, yang dianggap menekan oleh individu (Ross & Altmaier, 1994) Menurut Beehr dan Newman (dalam Ross & Altmaier,1994), terdapat 3 kategori simptom yang muncul ketika seseorang mengalami stres kerja, yaitu:
  • Simptom psikologis merupakan masalah emosional dan kognitif yang muncul dalam kondisi stres kerja. Salah satu konsekuensi yang kerap muncul adalah job dissatisfaction (ketidakpuasan kerja), dimana individu akan merasa tidak puas dengan pekerjaannya, tidak menyukai datang ke tempat kerja dan tidak menemukan alasan untuk menunjukkan performa baik dalam pekerjaannya.Simptom psikologis lainnya adalah kecemasan, depresi, kebosanan, dan perasaan marah.
  • Simptom fisik lebih sulit untuk didefinisikan karena sulit diketahui seberapa jauh penyakit disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri, tanpa adanya aspek lain dalam kehidupan individu tersebut. Akan tetapi, salah satu simptom kesehatan fisik yang umum diketahui adalah penyakit cadio-vascular, gangguan pencernaan, pernapasan, alergi, gangguan tidur, dan sakit kepala.
  • Simptom tingkah laku dapat muncul lewat dua kategori, yaitu simptom yang berdampak langsung pada pekerja, seperti menghindari pekerjaan, mengonsumsi alkohol atau bersikap agresif pada pekerja lainnya serta simptom yang berdampak pada organisasi, misalnya keluarnya individu dari pekerjaan, hilangnya produktivitas pekerja, dan absen dari pekerjaan yang dimiliki.

5.   Pendekatan Stres
Manajemen dituntut mengatasi stres yang ada dalam organisasi dengan 2 pendekatan yaitu individual dan organisasional kearah pengelolaan  stres dengan mengidentifikasikan sumber potensial  stres dari karyawan tersebut (Rini, 2010):
1.   Pendekatan individual, strategi yang digunakan  untuk individu. Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
a.    Teknik-teknik manajemen waktu  Banyak orang mengelola waktunya dengan  buruk. Hal-hal yang harus mereka selesaikan dalam hari atau pekan tertentu seharusnya selesai jika mereka mengelola waktunya dengan baik.
·    Sumber potensial stres dari individu
Lazimnya individu hanya bekerja 40 sampai dengan 50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah yang dijumpai  orang di luar jam kerja lebih dari 120 jam tiap pekan dapat meluber ke pekerjaan. Berdasarkan survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap hal pribadi dan keluarga sangat berharga, sehingga mereka harus wajib menjaga hubungan antar keluarga. Dalam sepekan ada waktu 1 atau 2 hari untuk bertemu dengan keluarga, maka karyawan harus membantu individunya sendiri untuk mengatasi dengan lebih baik ketegangan yang diciptakan oleh tuntutan pekerjaan tapi tetap mampu menjaga keharmonisan keluarga dengan prinsip pengelolaan waktu.
b.   Meningkatkan latihan fisik
Kebanyakan perhatian dini atas stres pada individu diarahkan pada gejala fisiologis. Ilmu kesehatan dan medis berkesimpulan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung. Latihan fisik non kompetitif seperti aerobik, berjalan, jogging, berenang dan bersepeda telah direkomendasikan oleh para dokter sebagai suatu cara untuk menangani tingkat stres yang berlebihan. Bentuk latihan fisik ini meningkatkan kapasitas jantung, memberikan suatu pengalihan mental dari tekanan kerja dan menawarkan suatu cara untuk melepas energi.
c.    Pelatihan pengenduran (relaksasi)
· Efek psikologis individu yang paling sederhana dan paling jelas dari stres adalah ketidakpuasan kerja.
Tetapi stres muncul dalam keadaan psikologis lainnya, misal: ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.  Apabila individu ditempatkan dalam pekerjaan yang mempunyai tuntutan ganda dan berkonflik atau dimana kurang adanya kejelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab pemikul kerja, maka stres dan ketidakpuasan akan meningkat.
Pelatihan pengenduran ini seperti meditasi, hipnotis, dan feedback sasarannya adalah mencapai suatu keadaan relaksasi yang dalam, dimana orang merasa santai secara fisik agak terpisah dari lingkungan sekitar dan melepaskan diri dari sensasi tubuh. Pengenduran yang dalam selama 15 atau 20 menit sehari melepaskan ketegangan dan memberikan kepada individu rasa kedamaian yang mendalam. Pelatihan ini dijadwalkan secara permanen oleh karyawan dalam seharinya, dan diberikan waktu khusus pada saat waktu istirahat kerja karyawan.
d.   Perluasan jaringan sosial
    • Dukungan sosial yaitu kolegial dengan rekan kerja dapat menyangga dampak stres. Dukungan sosial sebagai suatu pereda yang mengurangi efek negatif bahkan dari pekerjaan-pekerjaan berketegangan tinggi.
    • Mempunyai teman, keluarga atau rekan kerja yang mampu diajak bicara memberikan saluran keluar bila tingkat stres menjadi berlebihan. Individu harus mampu memperluas jaringan dukungan sosialnya untuk mengurangi ketegangan bekerja. Individu akan lebih baik menemukan orang yang mendengarmasalah-masalahnya dengan suatu perspektif yang lebih objektif terhadap situasinya. Manajemen juga sebaiknya menyediakan konsultan bagi karyawannya dan mengadakan pertemuan antar karyawan dan keluarganya secara terjadwal, karena dukungan yang tinggi mengurangi kemungkinan bahwa stres kerja yang berat akan mengakibatkan hilangnya semangat kerja.

2. Pendekatan Organisasional (strategi yang digunakan organisasi)
a. Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
Respon individu terhadap situasi stres berbeda-beda. Pekerjaan tertentu yang penuh dengan stres belum tentu individu tersebut mengalami stres demikian juga sebaliknya. Pengalaman atau tempat kedudukan kendali eksternal mempengaruhi individu dalam menghadapi stres. Keputusan seleksi dan penempatan hendaknya mempertimbangkan fakta ini, lebih baik menempatkan individu pada pekerjaan yang dipahami secara matang oleh individu baik resiko, keuntungan dan kendalanya. Dengan penempatan ini, pengalaman individu merupakan nilai tambah agar karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik pada pekerjaan berstres tinggi dan menjalankan pekerjaan tersebut dengan lebih efektif.
b. Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
Sejumlah besar riset menyimpulkan bahwa individu-individu berkinerja dengan lebih baik bila mereka mempunyai tujuan yang spesifik dan menantang dan menerima umpan balik mengenai kemajuan mereka yang tepat kearah tujuan ini. Penggunaan tujuan dapat mengurangi stres maupun memberi motivasi. Tujuan spesifik yang dipersepsikan sebagai dapat dicapai akan memperjelas harapan kinerja, disamping itu umpan balik tujuannya mengurangi ketidakpastian mengenai kinerja yang sebenarnya. Ini akan mengurangi kurangnya frustasi karyawan, kedwi-artian peran, dan stres.
c. Perancangan ulang pekerjaan
Mendesain ulang pekerjaan untuk memberikan karyawan lebih banyak tanggung jawab, lebih banyak kerja yang bermakna, lebih banyak otonomi, dan umpan balik yang meningkat dapat mengurangi stres karena faktor-faktor ini memberikan kepada karyawan itu kendali yang lebih besar terhadap kegiatan kerja dan mengurangi ketergantungan pada orang lain. Desain ulang pekerjaan yang tepat untuk karyawan dengan kebutuhan pertumbuhan yang rendah mungkin berupa pengurangan tanggung jawab dan peningkatan spesialisasi. Jika individu lebih menyukai struktur dan rutin, maka mengurangi keragaman ketrampilan seharusnya juga mengurangi ketidakpastian dan stres.
d. Peningkatan keterlibatan karyawan
Stres peran bersifat merusak sebagian besar karena karyawan merasa tidak pasti mengenai tujuan, harapan, bagaimana mereka akan dinilai, dan semacamnya. Dengan memberikan kepada karyawan ini suatu suara dalam keputusan-keputusan yang secara langsung mempengaruhi kinerja mereka, manajemen dapat meningkatkan kendali karyawan dan mengurangi stres peran ini. Maka para manajer hendaknya mempertimbangkan peningkatan keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan.
e. Perbaikan komunikasi organisasi
Meningkatkan komunikasi organisasional yang formal dengan para karyawan mengurangi ketidakpastian karena mengurangi kedwiartian peran dan konflik peran. Pentingnya persepsi berperan dalam meperlunak hubungan stres-respons itu, manajemen dapat juga menggunakan komunikasi yang efektif sebagai cara untuk membentuk persepsi karyawan. Apa yang dikategorikan oleh karyawan sebagai tuntutan, ancaman, atau kesempatan hanyalah sekedar suatu penafsiran, dan penafsiran dapat dipengaruhi oleh lambang-lambang dan tindakan yang dikomunikasikan oleh manajemen.
f. Peningkatan program kesejahteraan korporasi
Menawarkan program kesejahteraan yang didukung secara organisasi dan terfokus pada  keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan, misalnya program-program secara khusus  mengadakan lokakarya untuk membantu orang untuk berhenti merokok, mengendalikan penggunaan alkohol, mengurangi bobot tubuh, makan dengan lebih baik, dan mengembangkan suatu program latihan yang teratur, dimana kebanyakan program kesejahteraan didasarkan para karyawan perlu memikul tanggung jawab pribadi untuk kesejahteraan fisik dan mental mereka. Organisasi sekedar merupakan wahana untuk memudahkan tujuan akhir ini.
6.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
Ross dan Altmaier (1994) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya stres kerja pada individu, yaitu faktor individual dan faktor tempat kerja. Berikut akan dijelaskan kedua faktor tersebut secara spesifik.
1.      Faktor Individual
Pengalaman seseorang di tempat kerja akan dipengaruhi oleh karakter kepribadian yang dimilikinya. Ross dan Altmeier (1994) menjelaskan bahwa dalam faktor individual ini, terdapat dua karakteristik kepribadian yang berpengaruh, yaitu pola tingkah laku tipe A dan perasaan kontrol terhadap diri (sense of control). Selain itu, faktor gender juga akan dibahas dalam faktor individual, meskipun hal tersebut tidak termasuk ke dalam karakteristik kepribadian individu.
a.    Pola tingkah laku tipe A
Kepribadian tipe A memiliki karakteristik yang dicirikan lewat beberapa komponen, yaitu: 1). perasaan mengenai kepentingan waktu (sense of time urgency), dimana individu ini selalu terdorong untuk melakukan lebih dari satu aktivitas dalam waktu bersamaan, tidak sabar, atau berbicara dengan cepat. 2). adanya dorongan agresif, yang bertujuan untuk mencapai suatu hal dan mengabaikan perasaan orang lain serta memiliki sikap kompetitif. 3). Tingginya hostilitas, dimana individu umumnya memiliki kecurigaan dan mudah marah terhadap orang lain. Individu yang memiliki kepribadian tipe A akan rentan untuk mengalami stres kerja karena cara pandang mereka terhadap dunia, misalnya marah akan pencapaian yang diperoleh orang lain, tidak suka didukung oleh rekan kerja, atau kesulitan untuk menyesuaikan tungkah lakunya dengan kondisi pekerjaan.
b.    Kendali diri (sense of control)
Kontrol merujuk pada persepsi yang dimiliki individu bahwa tindakannya akan berujung pada hasil tertentu, yang umumnya dianggap penting bagi individu tersebut. Persepsi kontrol yang dimiliki individu umumnya berlawanan dengan kontrol aktual, dimana terkadang seseorang akan memiliki prediksi yang terlalu tinggi (overestimate) terhadap kontrol diri, atau sebaliknya (tidak berada dalam kontrol diri individu). Abramson (dalam Ross & Altmaier, 1994) menambahkan individu dapat mengatribusikan kurangnya kontrol yang dimiliki ke dalam faktor internal atau eksternal. Jika kurangnya kontrol muncul dari faktor internal, seperti kurangnya kemampuan, maka perasaan tidak berdaya atau rendahnya self esteem akan muncul; sedangkan jika hal tersebut muncul dari eksternal, misalnya orang lain, maka perasaan ketidakberdayaan tersebut tidak akan
berdampak sebesar faktor internal.
c.    Gender
Faktor gender ini terutama terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan pekerjaan, dimana pola hidup saat ini seringkali menuntut wanita untuk bertanggung jawab terhadap keluarga maupun pekerjaannya secara bersamaan (Smith, dalam Ross & Altmaier, 1994). Stres pekerjaan dapat berkaitan dengan peran ganda yang dijalankan wanita, konflik dengan tanggung jawab rumah tangga, atau kemungkinan pelecehan seksual dalam tempat kerja.
2.       Faktor Tempat Kerja
Menurut Ross & Altmaier, 1994 (dalam Astari, 2012) terdapat beberapa faktor terkait dengan tempat kerja yang dapat menyebabkan stres kerja, yaitu:
a.    Karakteristik peran
Tekanan terkait dengan peran ini muncul ketika ekspektasi dan keinginan yang dimiliki individu bertabrakan dengan ekspektasi dan tuntutan organisasi. Menurut Ross dan Altmaier (1994), terdapat empat karakteristik peran yang menyebabkan stres kerja, yaitu: 1). Ambiguitas peran (role ambiguity), dimana adanya informasi yang kurang jelas mengenai bagaimana individu seharusnya melaksanakan tugasnya; 2). Peran yang terlalu berat (role overload), yang muncul ketika individu tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu yang cukup ataupun ketika individu tidak memiliki ketrampilan  yang cukup utuk menyelesaikan pekerjaan.; 3) Peran yang terlalu ringan (role underload), yang muncul ketika seseorang memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan peran yang dimilikinya. Hal ini juga disebutkan oleh Greenberg (2002), dimana salah satu stressor yang dimiliki oleh pekerja adalah kurangnya partisipasi yang dimiliki individu. Partisipasi disini termasuk proses pengambilan keputusan, keterlibatan dalam issue-issue yang dimiliki perusahaan, perasaan terancam terkait dengan pekerjaan, dan perasaan mengenai self esteem. dan 4). Konflik peran (role conflict), yang muncul ketika kepatuhan terhadap salah satu peran yang dimiliki menjadikan kepatuhan terhadap peran lainnya menjadi sulit untuk dilaksanakan.

b.    Karakteristik pekerjaan
Terdapat empat karakteristik pekerjaan yang dapat terkait dengan stres kerja, yaitu: 1). Kecepatan kerja (Work pace) yang terkait dengan apa atau siapa yang mengontrol kecepatan kerja individu (misal: kecepatan mesin atau kecepatan rekan lain); 2). Pengulangan kerja (repetition of work), dimana aktivitas yang dilakukan akan diulangi terus menerus tanpa ada alternatif aktivitas lain; 3). Pekerjaan dengan shift (shift work), yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis dan psikologis seseorang. Individu memiliki sistem tubuh yang berfungsi secara teratur untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dan pola tidur. Secara psikologis, shift work dapat mengarahkan pekerja untuk mengalami tekanan rumah tangga (ketiadaan pasangan, kesulitan mengasuh anak) ataupun isolasi sosial (sulitnya bergaul dengan teman atau komunitas tertentu); 4) atribut tugas, misalnya keberagaman tugas yang dimiliki, jumlah persiapan ketrampilan yang dibutuhkan, atau tingkat tanggung jawab yang dituntut untuk dalam penyelesaian tugas.
c.    Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal individu dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang. setidaknya terdapat tiga hubungan interpersonal, yaitu hubungan dengan rekan kerja / kelompok kerja, hubungan dengan atasan, ataupun hubungan dengan klien / pengguna jasa. Ketika individu memiliki hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja, maka mereka cenderung menyalahkan stres kerja yang dimiliki terhadap rekan kerjanya tersebut.
d.    Struktur organisasi
Terdapat beberapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres kerja individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam organisasi, kultur organisasi (perasaan dan harapan yang dibagi antar anggota organisasi), dan teritori organisasi (daerah pribadi yang dipergunakan seseorang sebagai tempat bekerjanya)
e.    Manajemen sumber daya
Dalam faktor ini, beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu adalah pada awal masuk tempat bekerja, dimana persepsi mengenai tempat kerja berbeda dengan keadaan aktual. Selain itu hal lain yang dapat mempengaruhi adalah terkait kurangnya training yang didapatkan individu, membangun dan mempertahankan karier, umpan balik terhadap performa, reward, ketidakjelasan pekerjaan di masa yang akan datang, serta transisi karier.
f.     Kualitas fisik dan teknologi
Beberapa sumber stres terkait kualitas fisik organisasi adalah faktor pencahayaan, bising, suhu udara, getaran, polusi, dan faktor ergonomis.

7.    Dampak Stres Kerja
Stranks (2005) menyebutkan bahwa terdapat empat dampak dari stres terhadap individu, dan mencakup beberapa area, yaitu:
  • Emosional: termasuk kelelahan, kecemasan, dan kurangnya motivasi.
  • Kognitif:mengakibatkan peningkatan potensi individu untuk melakukan kesalahan, bahkan dapat berdampak pada kecelakaan kerja.
  • Tingkah laku: perubahan pada perilaku berdampak pada memburuknya hubungan dengan rekan kerja, perasaan mudah marah, kesulitan mengambil keputusan, absensi, dan konsumsi makanan atau alkohol yang berlebihan.
  • Fisiologis: individu mengeluhkan kesehatannya yang diasosiasikan dengan sakit kepala atau sakit dan nyeri umum. Hal ini memicu naiknya tekanan darah, berkurangnya daya tahan, kondisi kulit, dan gangguan pencernaan. 


Pengalaman stres yang pernah saya alami pada waktu saya kuliah semester 2 menjelang Ujian Tengah Semester ( UTS ). Sebelumnya saya menjelaskan dulu pada waktu itu saya masih kecanduan dengan game online terutama dengan game online bernama audition ayodance (Megaxus). Di dalam game online ini saya mempunyai sebuah komunitas yang saya bangun bersama teman-teman saya yang sudah saya kenal sejak masih SMA sebagian saya kenal dari awal saya bermain game online ini. Di audition ayodance ini saya membuat club yang bernama L*, dan saya di dalam komunitas ini menjabat sebagai Leader (Ketua), dalam komunitas ini mengangkat beberapa wakil untuk mengurus club tersebut.
Pada semester 2 saya jarang untuk bermain game online karena saya sudah terfokus dengan kuliah saya dan saya memutuskan untuk menyerahkan club tersebut ke salah satu wakil saya yang dapat saya percaya dan mampu untuk menjaga komunitas ini. Pada suatu hari saya mendapatkan pesan singkat, chat di FB bahwa club saya itu di hack sama orang, itu membuat saya terbangun dan kaget . akhirnya saya mencoba logn in ke game online tersebut ternyata emang benar club sudah di hack. Pada saat itu jabatan leadernya sudah di serahkan ke wakil saya itu dan yang tau id wakil saya itu hanyalah wakil-wakil komunitas lainnya.
Setelah itu saya mencoba menghubungi wakil yang megang jabatan leader tersebut, ternyata susah saya hubungin dan saya pun menjadi panik dan stress. Pada jam 10 pagi waktu saat sedang berada di kampus barulah dia telepon saya, di situ saya agak mau marah dan saya meminta mencari info yang terakhir logn in pakai id dia. Dalam hari itu saya banyak sekalian yang menanyakan ke saya ada apa dengan clubnya ? padahal saya sudah beberapa hari itu saya tidak logn in di game online tersebut. Sehingga saya jadi tidak konsentrasi dan diam saja selama mata kuliah berlangsung.
Beberapa hari kemudian saya sangat terkejut bahwa wakil saya itu menuduh saya yang menghack club saya sendiri dan menghasut-hasut anggota club saya, semua teman-teman saya di dalam community yang saya tergabung di sana. Saya di sini makin stress saja, saya berpikir saya tidak tau apa-apa dan jarang logn in game tersebut malah saya yang di tuduh menghack club saya sendiri. Tetapi teman-teman saya yang sudah mengenal dekat sama saya tidak percaya kalau saya yang menghack club tersebut. Pada saat itu saya mencoba tidak memikirkan dahulu masalah saya tersebut dan mencoba fokus kuliah saya karena pada saat itu mau menghadapi ujian tengah semester.
Beberapa hari kemudian pada saat pulang kuliah, saya melihat ada 2 orang yang menunggu saya di motor saya yang terpakir di parkiran kampus G. Ternyata orang itu yang menyebarkan fitnah tersebut dan seorang mahasiswi anak gunadarma juga cuman beda jurusan dengan saya yang mengkasih info jadwal kuliah saya ke orang itu. Di sana dia meminta handphone saya dan mulai memeriksa isi handphone saya mulai bbm sehingga pesan saya untuk mencari bukti kalau saya yang menghack club tersebut , dan dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah itu datanglah satu anggota lain yang mengintrogasi saya, di situ saya di ajak ke salah satu warnet yang dekat dengan kampus dan dia meminta saya untuk membuka semua email, pesan di fb dan seperti tadi dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan . saya berpikir “ iyalah tidak ada apa-apa, orang saya saja bukan yang hack” di dalam perjalanan saya melihat orang yang fitnah saya sedang berdiskusi dengan orang yang baru datang tadi.
Setelah itu orang yang baru datang ngomong sama saya” kenal dan temannya ma M* tidak?” Saya jawab “kenal dia joki saya.” terus saya tanya tapi M* anak mana nih?” Terus dia jawab “ anak J menurut info yang mereka dapat dia yang hack club tersebut dan bekerjasama dengan saya”. Saya mikir loh kok anak J* padahal joki saya itu anak B* saya hanya diam saja. Mungkin sudah tidak tau harus gimana lagi kali ya. Pada saat di warung yang samping kampus saya masih di introgasi sama mereka dan tetap saya tidak tau apa-apa dan lagi fokus kuliah, mungkin karena kesal dengan saya orang yang fitnah saya ngajak berantem gitu saya hanya diam saja . saya paling tidak suka dengan kekerasan.
Setelah beberapa lama introgasi akhirnya orang yang fitnah saya mengambil handphone saya tersebut sebagai jaminan dan meminta saya untuk mencari orang yang hack tersebut. Di situ saya makin stress karena handphone tersebut punya bapak saya. Setelah itu saya biarin handphone saya di bawa itu orang habis tidak imbang 3 VS 1. Nyampai rumah saya menceritakan kejadian itu dengan orang tua saya, dan orang tua saya melarang untuk bermain game online lagi dan menghubungi apa pun tentang game online tersebut.
Pada waktu mengerjakan soal ujian tengah semester saya masih agak stress dan sangat tidak konsentrasi akibat permasalahan tersebut dan banyak sekali yang tanya pada saya soal kebenaran itu dan berakibat nilai ip saya turun dratis. Mungkin sampai sekarang mereka masih memfitnah saya dan dia sukses menghasut-hasut orang lain. Dan saya ambil hikmah dalam kejadian tersebut, cukup lama saya mencoba terlepas dari stress tersebut sampai sekarang pun kalau saya mengingat kejadian tersebut agak mau marah dan mengarah stress lagi mungkin.
Sekian pengalaman stress yang pernah saya alami. Kalau ada kata-kata yang menyinggung saya minta maaf.
Kisah Mita Diran Lembur Kerja 30 Jam Hingga Meninggal Dunia

Merdeka.com - Hari ini Indonesia dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang talenta kreatif Mita Diran, yang bekerja sebagai copywriter (penulis naskah iklan) di agensi iklan Young & Rubicam. Mita diketahui tak sadarkan diri setelah bekerja selama tiga hari berturut-turut.
Merdeka.com - Kasus terakhir adalah dari Indonesia yang menimpa salah seorang pekerja kreatif, Mita Diran. Di usianya yang masih muda, Mita harus meninggal setelah bekerja selama tiga hari berturut-turut dan sekitar 30 jam. Mita ditemukan tak sadar dan mengalami koma setelah dilarikan ke rumah sakit sejak tanggal 15 Desember lalu. Satu jam setelahnya, Mita dikabarkan meninggal dunia.
Hingga saat ini belum keluar pengumuman resmi mengenai penyebab meninggalnya Mita Diran. Namun dalam postingan yang dibuat oleh karyawan ayah Mita, Shalini, dijelaskan bahwa penyebabnya adalah terlalu banyak bekerja serta terlalu banyak minum kratingdeng yang pada akhirnya menyerang jantungnya.
Namun dari penelusuran di sejumlah media sosial, posting terakhir Mita di akun Twitternya @mitdoq tertulis "30 hours of working and still going strooong". Posting itu dibuat pada 6.47 pm tanggal 14 Desember 2013. Sementara ayahanda Mita, Yani Syahrial sempat membuat penjelasan di media sosil Path. "Hi everyone, since last night and until now my daughter who is copywriter in Y&R lay in coma in RSPP. Chances not very good. She collapsed after continous working overtime for 3 days last night. Working over limit. I have no slept since then." Posting itu dibuat tanggal 15 Desember lalu.
Sebuah komentar dari akun Shalini yang merupakan karyawan dari ayah Mita kemudian menjelaskan, satu jam setelah postingan itu, Mita meninggal dunia. "An hour after this massage from my Executive Creative Director, her daughter died. She died because of too much of overtime working dan too much kratingdaeng attacks her heart. May she rest in peace."

Mita Diran Sabet 3 Trofi Citra Pariwara

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pekan sebelum meninggal, Mita Diran menyabet tiga trofi dalam festival periklanan Citra Pariwara. Ayah Mita, Yani Sjahrial, bercerita bila anak ketiganya itu meraih dua medali perak dan satu perunggu. "Mendapat tiga penghargaan sekaligus dalam satu ajang itu sungguh membanggakan," kata Yani, Selasa, 17 Desember 2013. "Makanya, Mita begitu semangat bekerja hingga lembur puluhan jam," ujar dia.

Dalam keluarga Yani, Mita memiliki dua kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Namun, hanya Mita yang mengikuti jejak Yani untuk berkecimpung di dunia periklanan. "Mita memang anak tiri saya, tapi kami sangat dekat," katanya. "Dia juga selalu berkonsultasi dengan saya tentang proyek yang sedang digarap."

Menurut Yani, Mita sudah kreatif sejak kecil. Dia juga gemar membaca. Novel Harry Potter yang tebalnya mencapai 500 halaman bisa ia khatamkan dalam sehari. Mita juga lebih lancar berbicara dalam bahasa Inggris ketimbang Indonesia. "Dari umur 4 hingga 10 tahun Mita sekolah di Australia, dia hanya berbicara Indonesia dengan ibunya, di rumah," kata Yani.

Mita telah berkecimpung dalam pekerjaannya selama empat tahun. Sepanjang itu, Yani melanjutkan, Mita tidak pernah mengeluh. Bahkan, ia rela lembur belasan hingga puluhan jam untuk menyelesaikan proyeknya. "Bekerja hingga berhari-hari di kantor pun hal yang biasa dalam advertising," kata Yani sambil menambahkan, "Bukan karena tuntutan perusahaan, tapi kami bersemangat segera menyelesaikan proyek."

Mita Diran telah bekerja di Young & Rubicam selama dua tahun. Sebelumnya, perempuan kelahiran 16 April 1986 itu bekerja pada perusahaan periklanan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, semangat kerja Mita harus berhenti ketika tubuhnya melemah dan meninggal pada Ahad pagi, 15 Desember 2013.


Apa penyebabnya?


Dari beberapa kasus diatas, maka dapat dianalisa bahwa jenis stress yang terjadi pada beberapa kasus diatas adalah distress yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Faktor yang menyebabkan seseorang dapat mengalami stress di tempat kerja diantaranya:
1.      Faktor yang menyebabkan stress kerja, diantaranya:
a.       Faktor Individu
·       Kepribadian tipe A
Tipe kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena   stres. Mita Diran termasuk seseorang yang memiliki keperibadian tipe A. Menurut Rosenmen & Chesney (1980) menggambarkan  ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius, ini terkait dengan Mita mendapat tiga penghargaan sekaligus dalam satu ajang, hal itu yang membuat Mita begitu semangat bekerja hingga lembur puluhan jam. Bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, lebih suka bekerja sendiri bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-gesa, berusaha keras untuk segala sesuatunya terkendali. Hal itu merupakan ciri-ciri orang yang bekerja di bidang advertising yang dikejar oleh deadline. Sebagai contohnya, klien bisa sewaktu-waktu datang membawa proyek di sore hari saat pekerjaan tengah banyak-banyaknya. Sudah datangnya mendadak, klien umumnya meminta proyek itu diselesaikan dalam waktu dekat.
·         Kontrol diri
Kontrol merujuk pada persepsi yang dimiliki individu bahwa tindakannya akan berujung pada hasil tertentu, yang umumnya dianggap penting bagi individu tersebut.
·         Gender
Faktor gender ini terutama terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan pekerjaan, dimana pola hidup saat ini seringkali menuntut wanita untuk bertanggung jawab terhadap keluarga maupun pekerjaannya secara bersamaan (Smith, dalam Ross & Altmaier, 1994). Stres pekerjaan dapat berkaitan dengan peran ganda yang dijalankan wanita.

b.      Faktor Tempat Kerja
·         Karakteristik Peran
Tekanan terkait dengan peran ini muncul ketika ekspektasi dan keinginan yang dimiliki individu bertabrakan dengan ekspektasi dan tuntutan organisasi. Menurut Ross dan Altmaier (1994), karakteristik peran yang menyebabkan stres kerja, salah satunya yaitu: Peran yang terlalu berat (role overload), yang muncul ketika individu tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu yang cukup ataupun ketika individu tidak memiliki ketrampilan  yang cukup utuk menyelesaikan pekerjaan. Role overload ini akan mengakibatkan seseorang akan bekerja over time yang mengakibatkan kurangnya tubuh untuk beristirahat, dimana tubuh membutuhkan istirahat setelah 8 jam bekerja, tetapi beda halnya dengan Mita yang tetap meneruskan pekerjaannya hingga 30 jam. Ini menunjukkan Mita bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
·         Karakteristik Pekerjaan atau Tugas
Terdapat empat karakteristik pekerjaan yang dapat terkait dengan stres kerja, yaitu: 1). Kecepatan kerja (Work pace) yang terkait dengan apa atau siapa yang mengontrol kecepatan kerja individu (misal: kecepatan rekan lain); 2). Pengulangan kerja (repetition of work),dimana aktivitas yang dilakukan akan diulangi terus menerus tanpa ada alternatif aktivitas lain; 3). Pekerjaan dengan shift (shift work), yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis dan psikologis seseorang. Individu memiliki sistem tubuh yang berfungsi secara teratur untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dan pola tidur; 4) atribut tugas, misalnya keberagaman tugas yang dimiliki, jumlah persiapan ketrampilan yang dibutuhkan, atau tingkat tanggung jawab yang dituntut untuk dalam penyelesaian tugas.
Deadline kerja yang cukup pendek tetapi dengan tugas yang banyak, hal tersebut dapat memicu seorang pekerja mengalami stress karena mereka harus lembur di kantor. Jenis pekerjaan yang menuntut deadline diantaranya orang yang bekerja di bidang advertising. Bahkan dari mereka ada yang sampai menginap di kantor demi mengejar deadline dari atasan. Yang seharusnya jam istirahat digunakan untuk istirahat, tetapi para pekerja holic ini memilih untuk tetap bekerja tanpa memperdulikan waktunya untuk istirahat. Bahkan mereka juga sering menunda untuk makan. Tak hanya itu, mereka juga sering mengonsumsi minuman berenergi juga bisa menambahkan stres pada organ tubuh. Ketika tubuh sedang lelah dan seseorang minum minuman berenergi, organ tubuh akan dipaksa untuk bekerja lebih keras meski tengah kelelahan.
·           Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal individu dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang. setidaknya terdapat tiga hubungan interpersonal, yaitu hubungan dengan rekan kerja / kelompok kerja, hubungan dengan atasan, ataupun hubungan dengan klien / pengguna jasa. Ketika individu memiliki hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja, maka mereka cenderung menyalahkan stres kerja yang dimiliki terhadap rekan kerjanya tersebut.
·         Struktur Organisasi
Terdapat beberapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres kerja individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam organisasi, kultur organisasi (perasaan dan harapan yang dibagi antar anggota organisasi), dan teritori organisasi (daerah pribadi yang dipergunakan seseorang sebagai tempat bekerjanya). Struktur organisasi ini juga harus diketahui oleh para pekerja. Dari struktur organisasi ini nantinya aka nada pembagian kerja di bidang yang memang sudah ada ahlinya. Diharapkan nantinya semua pekerja bisa bertanggung jawab dengan peran dan tugasnya. Sehingga nantinya tidak ada ambiguitas di dalam pekerjaan. Karena tugas dan peran sudah diatur di awal mereka masuk dunia kerja.
·           Manajemen Sumber Daya
Dalam faktor ini, beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu adalah pada awal masuk tempat bekerja, dimana persepsi mengenai tempat kerja berbeda dengan keadaan aktual. membangun dan mempertahankan karier, umpan balik terhadap performa, reward, ketidakjelasan pekerjaan di masa yang akan datang, serta transisi karier.
Diketahui bahwa sebelum bekerja di Y&R (Young & Rubicam), Mita telah bekerja di Kuala Lumpur dibidang periklanan internasional, dengan kondisi tempat kerjaan yang baru pastinya perlu adanya adaptasi juga dengan rekan kerja. Jika adaptasi dengan lingkungan kerja yang baru tidak dapat berjalan dengan baik maka akan mengakibatkan stress. Dalam hal ini juga Mita ingin mempertahankan kariernya sebagai copywriter yang digelutinya dengan memberikan hasil yang terbaik untuk Y&R, ini juga yang membuat Mita harus lembur dan bekerja nonstop seharian full bahkan hingga 30 jam. Hasil kerja keras itu ternyata membuahkan hasil, dimana Mita mendapatkan 3 buah penghargaan sekaligus di bidang Citra Pariwara.
·         Kualitas Fisik dan Teknologi
Beberapa sumber stres terkait kualitas fisik organisasi adalah faktor pencahayaan, dan telah diketahui pekerjaan di bidang advertising adalah pekerjaan yang mengandalkan teknologi komputer, untuk itu bekerja tanpa henti di depan komputer tidaklah baik untuk para pekerja.

Kesimpulan

Beberapa pola yang sama terjadi pada kasus tersebut, antara lain karyawan yang tak cukup tidur, tidak tidur selama tiga hari dan terus bekerja. Selain itu, salah satu kasus juga menyebutkan adanya konsumsi minuman berenergi. Meski penelitian belum menemukan adanya orang yang meninggal karena kurang tidur sebagai alasan tunggal, namun nyatanya kurang tidur tak bisa diremehkan. Kurang tidur diketahui bisa menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh. Tak hanya itu, kurang tidur juga memicu produksi hormon cortisol atau hormon stres yang juga memicu kinerja jantung yang lebih cepat. Penelitian yang dilakukan oleh University College pada tahun 2012 mengungkap bahwa stres yang berlebihan bisa mengeraskan pembuluh darah arteri. Nantinya hal ini juga bisa menyebabkan serangan jantung.
Hal tersebut terjadi terutama ketika seseorang terlalu memforsir tubuhnya untuk bekerja dan kurang istirahat. Tak hanya itu, mengonsumsi minuman berenergi juga bisa menambahkan stres pada organ tubuh. Ketika tubuh sedang lelah dan seseorang minum minuman berenergi, organ tubuh akan dipaksa untuk bekerja lebih keras meski tengah kelelahan.
Pemicu lain terjadinya serangan jantung dan kematian mendadak adalah kebiasaan bekerja terus-menerus dalam kondisi duduk. Meski terlihat remeh, namun duduk terlalu lama, terutama dengan dibarengi bekerja nonstop tanpa istirahat juga bisa memicu beberapa penyakit seperti jantung, diabetes, dan lainnya. Dalam waktu yang lama, kebiasaan terlalu lama duduk dan tidak cukup olahraga saat bekerja juga bisa menyebabkan serangan jantung.
Bisa jadi kematian setelah bekerja secara nonstop tak disebabkan oleh satu penyebab saja, namun merupakan gabungan dari banyak pemicu. Mulai dari kurang tidur, stres, tubuh yang kelelahan, serta mengonsumsi minuman berenergi atau melakukan kebiasaan merokok. Tak hanya itu, faktor kebugaran, daya tahan, dan kekebalan tubuh seseorang juga ikut menentukan. Kasus-kasus ini menjadi peringatan bagi semua orang yang masih sering bekerja lembur dan tidak memperhatikan kesehatan mereka. Bekerja keras memang tak masalah, namun sebaiknya tetap perhatikan kesehatan tubuh.
Sejumlah pekerja menjadikan tempat bekerja sebagai rumah kedua. Untuk itu, pekerja mesti merasa nyaman dengan kondisi kantor. Manajemen perusahaan harus memerhatikan tingkat stres karyawannya saat menerapkan aturan manajemen kantor. Ada tiga hal yang mesti diperhatikan perusahaan untuk mengatur stres pekerjanya yaitu:
1.   Sisi Organisasi. Hal-hal seperti struktur organisasi yang tidak jelas, deskripsi pekerjaan yang tidak menentu, dan tenggat waktu dapat memicu stres bagi pekerja.
2.      Faktor Kualitas Fisik dan Teknologi, seperti kondisi ruangan kantor, seperti bekerja tanpa henti di depan komputer tidaklah baik untuk para pekerja.
3.    Hubungan antar manusia di lingkungan kerja. Dimana antar rekan kerja harus saling mendukung satu dengan yang lainnya. Ketiga hal ini mesti diperhatikan supaya para pekerja semakin betah bekerja.
Perusahaan harus mengelola tiga hal ini dengan baik. Bukan melulu mengejar target dari pegawainya, jika ketiga hal ini diatur dengan baik, produktivitas pegawai perusahaan pun akan semakin meningkat. perusahaan memanusiakan karyawannya, stres. Ditambah lagi, perusahaan sering kali memunculkan manajemen konflik supaya para pegawainya berkompetisi. Akibatnya, tingkat stres pegawai semakin tinggi. Ini tidak bisa dianggap enteng. Saat ada manajemen konflik, lalu malah menimbulkan iri dan menjatuhkan mental pegawai, orang itu bisa tidak happy karena lingkungan kerjanya sama sekali tidak sportif. Jika ingin menerapkan manajemen konflik, perusahaan mesti melihat karakter setiap pegawainya. Setidaknya, pegawai mesti memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Dengan begitu, manajemen konflik yang diciptakan tidak menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA