TUGAS 1
PSIKOLOGI
KESEHATAN MENTAL
Disusun :
Novi tri
arianty
15511227
2pa06
Psikologi
Universitas
gunadarma
2013
A.
Pengertian
Kesehatan Mental
Kesehatan
Mental adalah keseimbangan positif sosial, fisik, aspek spiritual, ekonomi dan
mental kehidupan seseorang dan sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Ketika
orang-orang sehat secara mental mereka dapat hidup produktif kegiatan
sehari-hari, menjaga hubungan dengan orang lain memenuhi, dan memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengatasi stress.
Para
Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa "Kesehatan mental adalah sama
pentingnya dengan kesehatan fisik untuk keseluruhan kesejahteraan individu,
masyarakat dan negara. Namun hanya sebagian kecil dari 450 juta orang yang
menderita gangguan mental atau perilaku yang menerima pengobatan "(Laporan
Kesehatan Dunia 2001, Bab 1). WHO juga menunjukkan bahwa 15 sampai 20 persen
kaum muda di seluruh dunia menderita gangguan mental yang akan mendapat manfaat
dari pengobatan kesehatan mental. Saat ini, gangguan neuropsikiatri
berkontribusi untuk hampir sepertiga dari beban global penyakit dalam kelompok
usia ini.
B.
Konsep
Kesehatan Berdasarkan Dimensi Wellness
1.
Dimensi
Sosial
Dimensi
sosial memberikan kontribusi terhadap lingkungan seseorang dan masyarakat.
Dimensi ini menekankan saling ketergantungan antara orang lain dan alam, yang
berarti kita harus melakukan interaksi yang baik terhadap sesama manusia dan
alam sekitar kita yang memberikan kehidupan, karena alam sekitar kita juga bisa
menyumbang hal yang baik maupun yang buruk terhadap kecantikan kita. Kita harus
mengambil bagian aktif dalam memperbaiki lingkungan sekitar dengan mendorong
kehidupan yang lebih sehat dan memulai komunikasi yang lebih baik dengan orang
di sekitar kita. Kita harus selalu aktif mencari cara untuk melestarikan
keindahan dan keseimbangan alam, dengan membuat cara yang baik untuk
meningkatkan hubungan pribadi dan persahabatan yang penting, dan membangun
ruang hidup yang lebih baik dengan sekitar kita.
Agar
tetap sejahtera dan cantik secara sosial maka kita harus hidup berdampingan
secara harmoni dengan yang sesama; mencari hal-hal yang positif; saling
membutuhkan antar sesame; dan saling mendukung antar sesama (Council for Third
Age, Singapore 2007).
2.
Dimensi
Emosional
Dimensi
emosional menunjukkan kesadaran dan penerimaan perasaan seseorang terhadap
dirinya dan orang lain. Dimensi ini mencakup kemampuan untuk mengelola perasaan
dan perilaku seseorang termasuk penilaian realistis terhadap keterbatasan
seseorang, pengembangan otonomi, dan kemampuan untuk mengatasi stress dengan
baik. Dimensi ini juga menunjukkan cara mempertahankan suatu hubungan yang
memuaskan dengan orang lain. Dimensi ini juga memperlihatkan bagaimana cara
pengelolaan emosi kita untuk menjaga keseimbangan didalam diri kita dengan
sesame dan lingkungan kita. Pengelolaan yang bisa kita lakukan untuk menjaga
keseimbangan ini adalah pengolalan perasaan secara efektif; bisa menghargai
dukungan dan bantuan dari orang lain; mampu membentuk hubungan saling
tergantung dengan orang lain didasarkan atas landasan komitmen bersama,
kepercayaan, dan rasa hormat; kemampuan menghadapi tantangan, mengambil risiko,
dan konflik dengan baik; Mengelola hidup dengan cara yang lebih baik, dan
mengambil tanggung jawab atas tindakan yang kita buat sehingga dapat membantu
untuk melihat kehidupan sebagai suatu yang dapat meningkatkan kesehatan, dan
tantangan yang menarik.
Prinsip-prinsip
penanganan emosional yang dapat meningkatkan kesehatan adalah :
a. Lebih
baik untuk menyadari dan menerima perasaan kita daripada untuk menolaknya.
b. Lebih
baik bersikap optimis terhadap hidup dan kehidupan kita jalani.
Kebugaran
dan keceriaan wajah akan tercermin dengan cara mengatur dan mengekspresikan
perasaan emosi dengan bebas; dapat memahami perasaan diri sendiri dan perasaan
orang lain; dan memandang hidup dengan positif (Council for Third Age,
Singapore 2007).
3.
Dimensi
Vokasional (Occupational)
Dimensi
ini memiliki ciri suatu kepuasan pribadi dan pengayaan dalam kehidupan
seseorang melalui pekerjaan. Membanngun hubungan kerja dengan sikap yang baik.
Kita akan menyampaikan nilai-nilai melalui keterlibatan kita dalam kegiatan
yang dapat memuaskan untuk kita. Pilihan profesi, kepuasan kerja, ambisi karir,
dan kinerja pribadi merupakan komponen penting membangun dimensi ini.
Prinsip-prinsip
yang dapat digunakan dalam pengelolaan dimensi ini adalah :
a. Lebih
baik untuk memilih karir yang sesuai dengan kepribadian, nilai-nilai dan
keyakinan kita.
b. Lebih
baik untuk mengembangkan kemampuan fungsional kita, dengan melihat peluang yang
ada daripada tetap tidak aktif dan hanya diam saja.
Kepuasan
diri secara vokasional akan meningkatkan kecantikan dengan cara pemenuhan
kebutuhan melalui pekerjaan dan sebagai sukarelawan; dan pencapaian kepuasan
personal dan pemenuhan kebutuhan dalam pekerjaan dan sebagai relawan.
4.
Dimensi
Spiritual
Dimensi
spiritual memiliki ciri pencarian kita akan makna dan tujuan dalam eksistensi
kita sebagai manusia. Dimensi ini mencakup pengembangan apresiasi yang mendalam
terhadap kehidupan dan kekuatan alam yang ada di alam semesta. Pencarian kita
ditandai dengan harmonisasi antara perasaan pribadi dan emosi. Sepanjang
kehidupan kita mungkin mengalami perasaan banyak keraguan, keputusasaan,
kekecewaan dan ketakutan, yang sama seperti kita mengalami perasaan senang,
kebahagiaan dan sukacita, dimana itu semua menjadi suatu pengalaman yang sangat
penting akan pencarian kita terhadap kebenaran yang nantinya akan diwujudkan
dalam sistem nilai yang ada pada kita dan akan diadaptasi oleh kita untuk
menunjukkan arti dari keberadaan kita di dunia ini. Hal ini tidak berarti bahwa
seseorang itu religius, tetapi agara kita dapat merenungkan makna hidup dan
menjadi toleran terhadap keyakinan orang lain.
Prinsip-prinsip
yang dapat digunakan dalam pengelolaan dimensi ini adalah :
a. Lebih
baik untuk merenungkan makna hidup untuk diri kita sendiri dan memiliki
toleransi terhadap keyakinan yang dimiliki oleh orang lain daripada untuk
menutup pikiran kita terhadap berbagai perbedaan keyakinan.
b. Lebih
baik untuk hidup setiap hari dengan cara lebih konsisten dengan nilai-nilai dan
keyakinan kita yang kita yakini sekarang, daripada selalu menganggap
nilai-nilai yan dilakukan orang lain salah.
5.
Dimensi
Fisik
Dimensi
fisik memiliki ciri yaitu perlunya aktivitas fisik secara teratur untuk
membangun kesehatan kita. Pemeliharaan kesehatan secara fisik mendorong kita
untuk belajar tentang diet dan gizi dan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang
merusak tubuh seperti tembakau, obat-obatan dan konsumsi alkohol yang
berlebihan. Kesehatan yang optimal terpenuhi melalui kombinasi antara latihan
fisik yang teratur dan kebiasaan makan yang baik. Ketika kita melakukan
pemeliharaan kesehatan, kita akan berusaha menghabiskan waktu untuk membangun
kekuatan fisik, fleksibilitas dan daya tahan, selain itu juga mengambil
tindakan pencegahan terhadap penyakit sehingga kita dapat melakukan pekerjaan
kita dengan baik, termasuk perawatan diri serta tepat dalam memilih pengobatan
bila sakit.
Dimensi
fisik kesehatan melibatkan tanggung jawab pribadi dan kepedulian terhadap
penyakit yang dianggap ringan dan juga mengetahui kapan memerlukan bantuan
perawatan dari tenaga medis. Dengan memelihara kesehatan, kita akan dapat
memonitor tanda-tanda peringatan tertentu terhadap penyakit yang lebih berat.
Untuk itu kita perlu memahami hubungan antara nutrisi yang sehat dan bagaimana
tubuh kita memanfaatkannya.
Prinsip-prinsip
yang dapat digunakan dalam pengelolaan dimensi ini adalah:
a. Lebih
baik mengkonsumsi makanan dan minuman yang meningkatkan kesehatan kita daripada
mengkomsumsi makanan yang merusak tubuh.
b. Lebih
baik sehat secara fisik daripada banyak keluhan penyakit.
Perawatan
kesehatan secara fisik yang dapat dilakukan untuk menjaga kecantikan yaitu
bertanggungjawab terhadap tubuh melalui kebiasaan makan yang baik; olah raga
teratur; pemeriksaan dan perawatan kesehatan teratur; menggunakan pelayanan
kesehatan yang sesuai.
6.
Dimensi
Intelektual
Dimensi
intelektual dicirikan dengan adanya kreatifitas seseorang, peangktifan
aktivitas mental. Pribadi yang baik akan mengembangkan pengetahuan dan
kemampuannya sekaligus mencari kemampuan potensialnya untuk dibagikan dengan
sesamanya. Seseorang akan memanfaatkan kegiatan inteletual dan kebudayaannya di
dalam kelas dan di luar kelas yang dikombinasikan dengan sumber daya manusia
dan sumber daya intelektualnya baik dalam lingkungan universitas maupun pada
komunitas yang lebih tinggi.
Kita
akan mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan pemecahan masalah,
kreativitas, dan pembelajaran. Kita akan banyak menghabiskan waktu untuk
meningkatkan kemampun personal dengan lebih sering mengkomsumsi buku bacaan,
majalah, dan surat kabar, sekaligus mengembangkan ide-ide yang ada pada bacaan
tersebut. Ketika kita mengembangkan rasa keingintahuan, kita akan secara aktif
berusaha untuk mengembangkan dan menantang pikiran kita dengan ide-ide yang
lebih kreatif.
Prinsip-prinsip
yang dapat digunakan dalam pengelolaan dimensi ini adalah:
a. Lebih
baik untuk meregangkan dan menantang otak kita dengan ilmu pengetahuan dan
kreatifitas daripada menjadi puas diri dan tidak produktif.
b. Lebih
baik untuk mengidentifikasi masalah yang potensial dan memilih pendidikan yang
tepat daripada menunggu, khawatir dan berhadapan dengan masalah besar nantinya.
Kesimpulan:
Manusia
adalah makhluk sosial yang memiliki banyak sekali kebutuhan. Dengan banyaknya
kebutuhan maka manusia menginginkan hidup yang lebih santai. Kehidupan yang
lebih santai ini dapat memicu penyakit-penyakit dan mengurangi “Wellnes” bila
seseorang sudah menyeimbangi konsep dari Wellness maka sudah dipastikan ia akan
senang menjalani aktivitas keseharian dengan fisik dan rohani yang sehat.
TEORI HUMANISTIK
GORDON W. ALLPORT
1. Struktur dan Dinamika Kepribadian
Bagi Allport, struktur kepribadian itu
terutama dinyatakan dalam sifat-sifat (traits) dan tingkah laku didorong oleh
sifat-sifat (traits). Allport berpendapat bahwa masing-masing pengertian reflex
bersyarat, kebiasaan, sikap, sifat, diri (self) dan kepribadian itu kesemuanya
masing-masing adalah bermanfaat. Tetapi walaupun semua pengertian itu diterima
dan dianggap penting, namun tekanan utama diletakkannya pada sifat (traits),
sikap (attitude) dan intense (intentions), sehingga ada yang menamakan
psikologi Allport itu adalah “trait psychology”.
a.
Kepribadian
, Watak dan Temperamen
Kepribadian
Kepribadian
adalah organisasi dinamik dalam system psikofisik individu yang menentukan
penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamik yang
memiliki elemen psikologik dan fisiologik, yang berkembang dan berubah, yang
memainkan peran aktif dalam berfungsinya individu. Definisi kepribadian ini
memiliki 3 unsur pokok:
§ Istilah
dynamic organization dipakai
merangkum dua pengertian: kepribadian terus berkembang dan berubah, dan di
dalam diri individu ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen
kepribadian–menghubungkan satu dengan lainnya.
§ Istilah
psychophysical systems menyiratkan bahwa
kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik tetapi merupakan fenomena nyata yang
merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian.
§ Istilah
determine mempertegas kembali bahwa
kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang
menjelaskan tingkah laku orang tetapi bagian dari individu yang berperan aktif
dalam tingkah laku orang itu.
Watak (Karakter)
Karakter
mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan mana orang atau perbuatannya akan
dinilai: orang sering digambarkan memiliki karakter yang baik atau jelek.
Allport menunjukkan bahwa biasanya watak menunjukkan arti normative; karakter
adalah kepribadian yang menilai,dan kepribadian adalah karakter yang tidak
menilai (Allport, 1951).
Temperamen
“Temperamen adalah gejala karakteristik
daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan
emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya,
segala cara daripada fluktuasi dan intensitat suasana hati; gejala ini
tergantung kepada factor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari
keturunan”. (Allport, 19521, p.54).
a.
Sifat
(Trait)
Trait
adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip,
suatu struktur neuropsikis yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak
stimuli berfungsi ekuivalen, dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah
laku adaptif dan ekspresif. Jadi, Trait adalah system neuropsikis yang
digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi
bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta membimbing tingkah laku
adaptif dan ekspresif secara sama. Allport menjelaskan sifat-sifat yang
terpenting dari trait, sebagai berikut:
·
Nyata: trait itu bukan konsep abstrak
tetapi objek nyata, yaitu struktur neuropsikis.
·
Membuat banyak stimuli berfungsi
ekuivalen: trait itu telah menetapkan orang untuk mengundang berbagai stimulus
memiliki makna yang sama dan merespon stimuli itu dengan tingkah laku yang
mirip.
·
Mengubah/menentukan tingkah laku: trait
muncul bukan hanya kalau ada stimulus yang sesuai. Tenaga dorongnya bervariasi,
traits yang kuat memiliki kekuatan motif untuk menggerakan tingkah laku,
mendorong orang mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung trait
itu. Trait lemah hanya berperan membimbing tingkah laku yang sudah siap untuk
bergerak.
·
Empiric: trait dapat disimpulkan melalui
berbagai pembuktian empiric. (1) trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku
berulang yang mempunyai makna yang sama, mengikuti rentangan stimulus tertentu
yang memiliki makna personal yang sama. (2) disimpulkan berdasarkan keajegan,
namun keajegan ini tidak mutlak Karena trait bisa disimpulkan dari kesatuan
keselarasan yang lembut dari berbagai manifestasi tingkah laku individu. (3)
trait disimpulkan dari jawab atau kegiatan merespon stimuli kuesioner.
·
Kemandirian yang relative: trait dapat
dikenali bukan dari kemandiriannya yang kaku, tetapi dari kecenderungannya di
seputar operasi pengaruhnya. Tingkah laku dari suatu trait tertentu dipengaruhi
oleh trait yang lain,saling tumpang tindih –tanpa batas yang jelas.
Trait
Umum (Bersama) dan Trait Individual
Trait umum (nomothetic traits)
adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk
membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih suka
terbuka atau lebih sopan dibanding kelompok lain.
Trait individual (morphological
traits atau idiographic traits) merupakan manifestasi
trait umum pada diri seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk
neuropsikis yang membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku
penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambarang yang tepat dari
struktur kepribadian seseorang.
Sifat
Pokok, Sifat Sentral dan Sifat Sekunder
Sifat
merupakan predisposisi-predisposisi umum bagi tingkah laku. Ada 3 tingkatan
disposisi sifat:
·
Sifat umum (cardinal traits): sifat luar
biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifatnya sangat berperan dan mendominasi
keseluruhan hidupnya. Sifat cardinal sangat jelas, tidak dapat disembunyikan,
karena tercermin pada semua tingkah laku orang yang memilikinya. Kualitas yang
demikian dominan pada individu itu sering disebut “the eminent trait, the
ruling passion, the master sentiment, atau the radix of a life” (Allport, 1951,
p.338).
·
Sifat sentral (central traits):
sifat-sifat ini lebih khas, dan merupakan kecenderungan individu yang sangat
khas/karakteristik sering berfungsi dan mudah ditandai.
·
Sifat sekunder (secondary trait): sifat
ini nampaknya berfungsinya lebih terbatas, kurang menentukan di dalam deskripsi
kepribadian, dan sifat ini tidak menyolok, jarang dipakai atau hanya dipakai
pada kesempatan yang sangat khusus. Allport menyarankan manakala sifat sekunder
itu hanya bangkit oleh stimulus situasi yang sempit, lebih tepat disebut sikap
(attitude).
Sifat-Sifat
Ekspresif
Kecuali
yang telah dikemukakan itu, masih ada sifat yang lain, yaitu sifat-sifat
ekspresif. Sifat ekspresif ini merupakan disposisi yang member warna atau
mempengaruhi bentuk tingkah laku, tetapi pada kebanyakan orang tidak mempunyai
sifat mendorong. Tujuan yang dikejar orang sifat-sifat ini dapat bekerja, dapat
memberi warna kepada tingkah lakunya.
Traits
– Habit – Attitude – Type
Trait,
habit, dan attitude semua predisposisi, mereka bisa unik, mereka semua produk
factor genetic dan belajar, dan masing-masing mungkin mengawali atau membimbing
tingkah laku. Type bisa dianggap sebagai super-ordinasi dari ketiga konsep
lainnya.
·
Sifat (Trait) adalah predisposisi untuk
merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, penentu kecenderungan yang
bersifat umum, dapat dipakai dalam lebih banyak situasi, dan memunculkan lebih
banyak variasi respon. Trait merupakan kombinasi atau taraf umum dari 2 habit
atau lebih.
·
Kebiasaan (Habit) seperti traits tetapi
senentu kecenderungan habit bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon satu
situasi atau stimulus dan pengulangan dari situasi atau stimulus itu.
·
Sikap (Attitude) lebih umum disbanding
habit tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude terentang dari yang sangat
spesifik sampai yang sangat umum, sedang trait selalu umum. Attitude berbeda
dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang evaluative.
·
Tipe (Type) adalah kategori nomotetik,
dan konsep yang jauh lebih luas disbanding tiga konsep diatas. Sebagai suatu
kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis atau model
tingkah laku. Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi
trait-habit-attitude yang secara teoritis dapat ditemui pada diri seseorang.
Namun manakala kita menganalisa individu dalam hal tipenya, kita kehilangan
pengamatan mengenai sifat keunikannya. Karena tidak ada orang yang cocok dengan
tipe secara sempurna, tipe menjadi pembeda artificial yang mengaburkan realita.
|
Focus
|
Generalitas
|
Penilaian
|
Contoh
|
Sifat yg dimiliki bersama
trait-attitude-habit
|
Trait
|
Aspek
dari self
|
Sangat
umum
|
Agak
evaluatif
|
Sosiabilitas
|
Predisposisi
Produk
factor genetic dan lingkungan
Mungkin
mengawali/ mengarahkan perilaku
Unik
|
Attitude
|
Tersebar
di lingkungan
|
Agak
umum
|
Sangat
evaluatif
|
Senang
/ tidak senang
|
|
Habit
|
Respon
tertentu untuk stimulus tertentu
|
Kurang
umum
|
Kurang
evaluatif
|
Bersalaman
|
|
Type
|
Nomotetik
|
Sangat
umum
|
Kurang
evaluatif
|
Introversi
|
TEORI PSIKOANALISIS
SIGMUND FREUD
Dalam buku Sejarah dan Sistem Psikologi oleh James F. Brennan
pada tahun 2006, pandangan Freud terus berkembang selama kariernya yang
panjang. Hasil kolektif tulisan tulisan yang luas merupakan sebuah sistem rinci
tentang perkembangan kepribadian. Freud mengemukakan tiga struktur spesifik
kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya
terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.
Struktur ini dapat ditampilkan secara diagramatik dalam
kaitannya dengan aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran
individu. Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional.
Id merupakan sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan
berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini.
Gambar Teori Gunung Es Sigmund Freud
Ego merupakan sebuah pengatur agar id dapat dipuaskan atau
disalurkan dalam lingkungan sosial. Sistem kerjanya pada lingkungan adalah
menilai realita untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar
nilai-nilai superego. Sedangkan Superego sendiri adalah bagian moral dari
kepribadian manusia, karena ia merupakan nilai baik-buruk, salah- benar, boleh-
tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan Ego yaitu Id.
Kesadaran dan
Ketidaksadaran
Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia
merupakan salah satu sumbangan terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci
untuk memahami perilaku dan problema kepribadian bermula dari hal tersebut.
Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul
itu merupakan konsekuensi logisnya.
Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau
tipis dari keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti
gunung es yang ada di bawah permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar
di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan
kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun
dalam alam ketidaksadaran.
Kecamasan
Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah
tentang kecemasan. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara
sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada.
Menurut Freud kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
a.
Kecemasan realita
adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan
semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b.
Kecemasan neurotik
adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan
sesorang berbuat sesuatu yang dapat
mebuatnya terhukum, dan
c.
Kecemasan moral adalah
rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral.
Mekanisme Pertahan
Ego
Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem
ego terpaksa mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu.
Tindakan yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya
adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud,
bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah:
a.
Represi; ini merupakan
sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan
dan mengancam keluar dari kesadaran,
b.
Pembentukan reaksi; ini
adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan
melawannya dalam kesadaran,
c.
Proyeksi; ini berarti
memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia
luar,
d.
Rasionalisasi; ini cara
beberapa orang menciptakan alasan yang “masuk akal” untuk menjelaskan
disingkirnya ego yang babak belur,
e.
Sublimasi; ini suatu
cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial
umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi,
f.
Regresi; yaitu berbalik
kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami,
g.
Introyeksi; yaitu
mekanisme untuk mengundang serta “menelaah” sistem nilai atau standar orang
lain,
Tahap Perkembangan
Psikoseksual
1. Tahap Oral
Tahapan ini berlangsung
dari lahir sampai18 bulan pertama kehidupan. Mulut merupakan sumber kenikmatan
utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan,
merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari.
Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke
bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh
pengetahuan dan harta. Contoh: Bayi yang meminum ASI, ia akan menghisap puting
ibu.
2. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung
antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi
pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang
bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari. Contoh: Anak sudah bisa mengatur kapan
ia ingin buang air.
3. Tahap Phalic
Tahapan ini berlangsung
antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki
(phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya
pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai
klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki.
Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus Complex, yaitu
keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin
dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin degannya.
Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik Oedipus, ia mempunyai keinginan
untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin
merasakan kenikmatan pada ibunya. Sedangkan istilah
Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan
yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa
gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
4. Tahap Latency
Tahapan ini berlangsung
antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling
baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini
seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
5. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung
antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Bersamaan dengan
pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini,
sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.
TEORI PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL
ERIK H. ERIKSON
Teori
Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan
psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori
kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya
bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan
ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi
sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman
dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat
membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson
disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Stage
|
Psychosexual Mode
|
Psychosocial Crisis
|
Basic Stregth
|
Core Pathology
|
Significant Relations
|
|
Infancy
|
Oral-Respitor:
Sensory-Kinesthetic
|
Basic
Trust VS Mistrust
|
Hope
|
Withdrawal
|
The
Mothering One
|
|
Early
Childhood
|
Anal-Urethral-Muscular
|
Autonomy
VS Shame and Doubt
|
Will
|
Complusion
|
Parents
|
|
Play
Age
|
Infantile-Genital
|
Initiative
VS Guilt
|
Purpose
|
Inhibition
|
Family
|
|
School
Age
|
Latency
|
Industry
VS Inferiority
|
Competence
|
Inertia
|
Neightborhood
School
|
|
Adolescene
|
Puberty
|
Identity
VS Identity Confusion
|
Fidelity
|
Role
Repudiation
|
Peer
Group
|
|
Young
Adulthood
|
Genitality
|
Intimacy
VS Isolation
|
Love
|
Exclusivity
|
Sexual
Patners, Friends
|
|
Adulthood
|
Procreativity
|
Generativity
VS Stagnation
|
Care
|
Rejectivity
|
Devided
Labor and Shared
|
|
Old Age
|
Generalization of Sensual Mode
|
Integrity VS Despair
|
Wisdom
|
Disdain
|
All
Humanity
|
|
Perbandingan Sigmund Freud
Freud
|
Erikson
|
Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran sangat
penting
|
Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan dengan
tingkah laku yang nyata.
|
Hubungan segitiga antara anak, ibu dan ayah menjadi landasan yang
terpenting dalam perkembangan kepribadian.
|
Hubungan-hubungan yang penting lebih luas, karena
mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada dalam lingkungan hidup yang
langsung pada anak. Hubungan antara anak dan orang tua melalui
pola pengaturan bersama (mutual regulation).
|
Orientasi patologik, mistik karena berhubungan dengan berbagai
hambatan pada struktur kepribadian dalam perkembangan kepribadian.
|
Orientasinya optimistik, kerena kondisi-kondisi dari pengaruh
lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi perkembang kepribadian anak bisa
diatur.
|
Timbulnya berbagai hambatan dalam kehidupan
psikisnya karena konflik internal, antara id dan super ego.
|
Konflik timbul antara ego dengan lingkungan
sosial yang disebut: konflik sosial.
|
DAFTAR PUSTAKA
- Hall,Calvin. Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
- Feist, J & Gregory Feist (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
- Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Depok: Universitas Gunadarma
- http://id.scribd.com/doc/55007337/kepribadian-allport
- http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/29/psikologi-umum-teori-perkembangan-520748.html
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus