A.
Teknik
Terapi Psikoanalisa
Freud
mengajarkan lima (5) teknik dasar
dalam konseling psikoanalisis (Corey, 2010:42), yaitu :
1.
Asosiasi
bebas
Merupakan teknik utama dalam pendekatan psikoanalisa. Di sini konseli
diminta untuk memanggil kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan
pelepasan-pelepasan emosi yang berkaitan dengan peristiwa traumatis di masa
lampau. Pada teknik asosiasi bebas konseli mengalami proses katarsis, dimana
dia mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiran yang
terlintas di benaknya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Biasanya
dilakukan dengan cara konseli berbaring di atas sofa sementara konselor duduk
di belakang kepalanya sehingga tidak mengganggu perhatian konseli pada saat
melakukan asosiasi bebas.
Selama proses berlangsung tugas konselor adalah mengenali
peristiwa-peristiwa yang di-repres dan dikurung oleh konseli dalam
ketidaksadarannya. Kemudian konselor menafsirkan pengalaman itu,
menyampaikannya kepada konseli dan membimbingnya ke arah peningkatan pemahaman
atas dinamika yang tidak disadari oleh
konseli
2.
Interpretasi
(Penafsiran)
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis
asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan
transferensi-transferensi. Prosedurnya
terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menerangkan makna-makna tingkah laku
yang memanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas dan oleh hubungan
teraupetik itu sendiri. Intepretasi atau penafsiran ini bertujuan mendorong ego
untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan
tak sadar lebih lanjut. Ada aturan yang harus diperhatikan konselor dalam
melakukan interpretasi. Ia harus diberlakukan sebagai hipotesis, bukan fakta
yang seringkali dinilai klien.disamping itu, interpretasi harus berhubungan
dengan yang paling dekat dengan kesadaran kita. Konselor tidak dapat
menyampaikan interpretasi yang hanya berupa praduga belaka dimana klien belum
pernah mengugkapkannya pada konselor. Konselor juga membuat intrepetasi yang
dimulai dari material yang bersifat permukaan menuju material yang lebih dalam.
3.
Analisis
mimpi
Freud menyebut mimpi sebagai jalan istimewa menuju ketidaksadaran, sebab
melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari bisa
terungkap. Mimpi memiliki 2 taraf isi yaitu isi laten dan isi manifes,
isi laten terdiri dari motif-motif yang tersembunyi dan simbolis,
sebaliknya isi manifes yaitu gambaran yang tampak dalam mimpi yang
dialami oleh individu. Tugas konselor disini adalah untuk menyingkap isi laten
yang tergambar dalam isi manifes mimpi konseli, serta mengasosiasikannya guna
menyingkap makna-makna terselubung di dalamnya.
4.
Analisis
resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang menghambat kelangsungan terapi dan
mencegah konseli mengungkapkan alasan-alasan kecemasannya. Freud berpendapat
bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan menghambat proses konseling.
Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan untuk membantu konseli
menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu
menyelesaikan konfliknya secara realistis.
5.
Analisis
transferensi
Transferensi terjadi ketika terdapat sebuah “urusan yang belum selesai”
dengan orang-orang penting di masa lalu, yang terdistorsi ke masa sekarang dan
memberikan reaksi kepada konselor sebagaimana dia bereaksi terhadap ayah atau
ibunya pada masa kanak-kanak. Di sini konselor melakukan penafsiran agar
konseli mampu menembus konflik masa
lalu, dan menggarap konflik emosional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya
bersama sang konselor.
B. Tahapan
Treatments
1.
Opening phase
·
Rapport, wawancara awal
·
Free association à mempelajari riwayat & perkembangan pasien, memahami
fantasi / pikiran /perasaan/konflik ketidaksadaran.
2.
Developing of transference
· Jika pasien tampak sudah siap maka
dilakukan diskusi / analisis mengenai dorongan / konflik tidak disadari dari
masa lalu terhadap significant other
·
Diperoleh insight-insight
3.
Working through
·
Merealisasikan hal-hal yang diperoleh dalam tahap insight – reaksi lebih
adaptif
4.
Resolution of transference
· Jika pasien dan terapis merasa puas, tujuan utama terapi tercapai, transference
di pahami / mendapat insight baru à kehidupan yang baru
C.
Tujuan Terapi Psikoanalisis
· Membentuk
kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tidak
disadari didalam diri klien.
· Fokus pada upaya mengalami
kembali pengalaman masa anak-anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Corey, Gerald. (2010). Teori Konseling &
Psikoterapi, Bandung : PT Refika Aditama.
Feist, J & Gregory Feist. (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7, Buku 1.
Jakarta: Salemba Humanika.
Semium, Yustinus OFM. 2010, Teori kepribadian
& Terapi Psikoanalitik Freid,
Yogyakarta: Kanisius.
Suryabrata, S. (2011). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.