Selasa, 28 Mei 2013
Sabtu, 25 Mei 2013
STRESS
TUGAS 3
PSIKOLOGI
KESEHATAN MENTAL
Disusun :
Novi tri
arianty
15511227
2pa06
Psikologi
STRESS
1.
Defenisi Stres
Stres
merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk
tertentu, dalam kadar
berat ringan yang
berbeda dan dalam
jangka panjang- pendek yang tidak
sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun bisa terhindar dari
padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ”singere” yang
berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise,
strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).
Menurut
Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres adalah segala
situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk
merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005). Nemey dalam
Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik,
mental, serta kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
1.1
Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (1984)
mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1.
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap
stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun) seperti promosi jabatan, cuti yang
dibayar, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
tinggi., dan sebagainya.
2. Distress yaitu hasil dari respon terhadap
stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak)
seperti kematian anak, istri, di-PHK dari pekerjaannya, dan sebagainya
2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres
Stres
disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan
stimulus yang mengawali atau
mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis,
psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan
kultural. Stressor secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor
eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi
fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri
seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya
(Potter & Perry, 2005).
Penyebab
stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori pribadi dan
kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan prestasi
individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Santrock (2003) menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas:
1) Beban yang terlalu berat,
konflik dan frustasi
Beban yang
terlalu berat menyebabkan
perasaan tidak berdaya,
tidak memiliki harapan yang
disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan
membuat penderitanya merasa
kelelahan secara fisik dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian
A merupakan tipe
kepribadian yang cenderung
untuk mengalami stres, dengan
karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetitif yang sangat
berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang
bemusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu
yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan
menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif
adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan
interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai
sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam
menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.
2.1
Tipe Kepribadian Berhubungan dengan Stres
Tidak
semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang
dimiliki oleh individu. Ada dua tipe kepribadian yaitu :
1) Tipe kepribadian ”A” (”A” type Personality)
Tipe
kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena stres.
Rosenmen & Chesney
(1980) dalam Hawari
(2001) menggambarkan ciri-ciri
tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius, agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah tegang
dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya
diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak
dapat diam, bekerja
tidak mengenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin
(otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada tantangan, kaku terhadap waktu,
tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati
dan bila tidak tercapai maksudnya mudah
bersikap bermusuhan, tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha
keras untuk segala sesuatunya terkendali.
2) Tipe kepribadian ”B” (”B”
type personality)
Tipe
kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan
ciri-ciri: ambisi yang
wajar-wajar saja, tidak
agresif dan sehat
dalam berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak
mudah tersinggung dan tidak
mudah marah (emosi terkendali),
kewaspadaan dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang
tidak berlebihan, cara bicara yang tidak
tergesa-gesa, bertindak pada
saat yang tepat, perilaku tidak hiperaktif, dapat mengatur waktu dalam
bekerja (menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin
bersifat akomodatif dan
manusiawi, lebih suka bekerjasama
dan tidak memaksakan diri bila
menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan tenang (relaks),
tidak tergesa-gesa, mudah
bergaul, ramah dan
dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit),
tidak kaku (fleksibel), sabar dan
mempunyai selera humor yang tinggi, dapat menghargai pendapat orang
lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat membebaskan diri dari segala
macam problem kehidupan dan pekerjaan
manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri (Hawari,
2001).
2.2
Kecakapan
Kecakapan
merupakan variabel yang ikut menentukan stres tidaknya suatu situasi yang
sedang dihadapi. Jika seorang tenaga kerja mengahadapi masalah yang ia rasakan
tidak mampu ia pecahan, sedangkan situasi tersebut mempunyai arti yang penting
bagi dirinya, situasi tersebut akan ia rasakan sebagai situasi yang mengancam
dirinya sehingga ia mengalami stres.
Menurut
Cooper (1983) latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas dalam
bekerja. Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah
dan akan menimbulkan stres.
2.3
Nilai dan Kebutuhan
Setiap
organisasi mempunyai kebudayaan masing-masing. Kebudayaan yang terdiri dari
keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma perilaku yang menunjang
organisasi dalam usahanya mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan pemanduan
(integrasi) internal. Para tenaga kerja diharapkan berperilaku sesuai dengan
norma-norma perilaku yang diterima dalam organisasi. Jika tidak ia bisa
mengundurkan diri, karena tidak ada pekerjaan lain atau karena sebab lain, maka
tenaga kerja akan mengalami stres.
Peristiwa traumatik juga
dapat menyebabkan stres pada seseorang seperti gempa bumi dan banjir, bencana
buatan manusia seperti perang dan kecelakaan nuklir, kecelakaan mobil atau
pesawat terbang; dan penyerangan fisik seperti pemerkosaan atau upaya
pembunuhan
3. Sumber-Sumber Stres Berasal Dari Individu
1. Approach-approach
conflict
Terjadi
apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama
disukai.
2. Avoidance-avoidance
conflict
Terjadi bila individu dihadapkan pada dua
pilihan yang sama-sama tidak disenangi.
3. Approach-avoidanceconflict
Merupakan
situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin
menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.
4.
Menejemen Stress
Manajemen
stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi
atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada
tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat
bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa
daerah perawatan.
4.1
Konsep Adaptasi
Faktor penting yang
mempengaruhi tingkah laku manusia :
a. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
b. Dorongan : Menjamin agar manusia berusaha memenuhi
kebutuhannya.
Stress
terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam
fisik atau psikologisnya. Peristiwanya di sebut stressor. Reaksi orang terhadap
peristiwa tersebut dinamakan respon stress.
Adaptasi
adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas
terhadap stress.
Adaptasi
fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi
proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses
adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi
adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi
melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan
idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen,
Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor
yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau
berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat
berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
4.2
Konsep Internalisasi
Proses
internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus
menerus sesuai dengan perkembangannya.
4.3 Konsep Sosialisasi
Sosialisasi
itu hal yang baik untuk memiliki teman-teman, untuk bersosialisasi. Ada begitu
banyak hal baik untuk dibagi kepada orang-orang. Sebagai mahluk sosial, kita
tidak bisa hidup sendiri tanpa seseorang. Untuk meminjamkan telinga, untuk
mendengarkan keluh kesah diperlukan pendengar yang baik untuk memberikan solusi.
Sayangnya, kita hidup di dunia yang penuh dengan jiwa mengkonsumsi, yang jarang
meluangkan waktu untuk berbagi
5.
Respon
Terhadap Stres
Cridder dkk (1983)
menjelaskan bahwa stres dapat muncul dalam bentuk:
1. Respon
emosional; yaitu ada tidaknya simtom stres berupa perasaan cemas, gelisah,
sedih, depresi, marah, gugup ataupun perasaan bersalah. Emosi stres yang paling
sering terjadi adalah kecemasan dan depresi yang ditandai dengan
perasaanperasaan takut, cemas, gelisah, merasa tidak berguna dan kelelahan yang
sangat.
2. Respon
pada fungsi berpikir; yaitu ada atau tidaknya gangguan pada kemampuan berpikir
yang berupa konsentrasi, pemikiran yang negatif, ingatan dan gangguan mimpi
buruk
3. Respon
fisiologis; terbagi dalam dua kelompok simtom, yaitu:
a. Skeletal
muscle simptoms meliputi: sakit kepala, mulut terasa kering, perasaan tegang
dan gugup, tubuh terasa lemas, tangan dan kaki dingin, dada terasa nyeri serta
perasaan goyah
b. Simptoms
of visceral (simtom organ tubuh dalam) seperti: kehilangan gairah seksual,
jantung berdebar-debar, nafas terasa sesak, perut terasa mual dan kejang-kejang
serta tangan gemetar
4. Respon
perilaku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan,
dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
5.1
Reaksi Stress
a. Fight:
Pada
tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi untuk mengatasi
stressor ini.Tubuh berusaha menyeimbangkan
proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk
sedapat mungkin kembali keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh
mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Apabila proses
fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stress akan menurun, tubuh akan
secepat mungkin berusaha normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya
dalam beradaptasi. Jika stressor berjalan terus dan tidak dapat diatasi atau
terkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan individu tidak
akan sembuh.
b. Flight:
Tahap
ini terjadi karena ada suatu perpanjangan tahap awal stress yang tubuh individu
telah terbiasa. Energi penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat
mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkan pada tahap
kedua. Akan timbul gejala penyesuain
diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri colonel, bisul, kolistis.
Tanpa ada usaha melawan, kelelehan bahkan kematian dapat terjadi
(selye,1956,1974).
Bila
tubuh terekspos pada stressor yang sama dalam waktu yang sangat lama secara
terus menerus,maka tubuh yang semula telah biasa menyesuaikan diri,akan
kehabisan energi untuk beradaptasi. Pada keadaan ini timbul kembali
tanda-tanda, namun pada tahap ini bersifat irreversible, individu akan meningkat, Daya tahan tubuh terhadap
suatu stresor tidak dapat dianggap bertahan selamanya,karena pada suatu saat
energi untuk adaptasi itu akan habis.
Selye
menunjukkan penelitian yang ekstensif pada suatu tempat percobaan buatan yang
terkontrol dengan binatang percobaan sebagai subyek.Dia menemukan akibat
fsikologis dengan stimulasi (rangsangan) fisik, seperti menghadapkan subyek
terhadap temperatur panas atau dingin, kejutan listrik, injeksi zat
beracun,isolasi fisik dan luka beda. Sejak penerbitan hasil penelitiannya, studi-studi
lain telah mengungkapkan bahwa syndrome “fight or flight” gejalanya Nampak pada
efek fsikologis atau rangsangan emosi
seperti juga pada rangsangan fisik,dan karenanya tubuh mungkin kehabisan energi
penyesuaiannya lebih cepat pada stress fisikologis dari pada penyakit fisik.
6. Teknik Penenangan Pikiran
1. Meditasi
Sebuah
penelitian di Jurnal Brain menegaskan stres membuat orang kehilangan toleransi
terhadap rasa nyeri. Makin tinggi kadar kortisol atau hormon stres di air
liurnya, makin tinggi pula aktivitas otak di bagian pusat penerimaan rangsang
nyeri. Sementara itu, penelitian lain di Thomas Jefferson University, AS,
menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat stres bisa ditangkal dengan cara yang
sangat mudah yakni meditasi. Tidak butuh waktu berjam-jam untuk melakukannya,
cukup meluangkan 15 menit saja.
Menurut
penelitian tersebut, meditasi selama 15 menit bisa menurunkan level stres
sebanyak 25 persen. Dikutip dari Mesnhealth.com, Kamis (7/3/2013), keluhan
nyeri leher pada 56 persen responden yang mengalami stres juga berkurang atau
bahkan hilang sama sekali berkat latihan meditasi ini. Dalam penelitian ini,
para partisipan melakukan meditasi setiap hari dalam delapan pekan,
masing-masing selama 15 menit saja. Bentuk meditasinya bermacam-macam, bisa
dengan mendengarkan denyut jantungnya sendiri atau bisa juga dengan latihan
yoga.
Stres
itu sendiri tidak hanya meningkatkan sensitivitas terhadap rasa nyeri.
Penelitian juga mengungkap bahwa stres bisa meningkatkan nafsu makan sehingga
lebih berisiko gemuk. Bagi yang berminat, boleh juga mencoba meditasi untuk
menahan lapar.
2. Pelatihan
Neuromuscular
Pelatihan
relaksasi neuromuscular adalah suatu program yang terdiri dari latihan-latihan
sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen sistem saraf yang
mengendalikan aktivitas-aktivitas otot. Individu diajari untuk secara sadar
mampu mereleksasikan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat.
Neuromuskuler
adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam fungsinya adalah
mengerut, memendek, kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol)
oleh sistem neuron atau saraf sehingga
otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan power –nya. Hal ini di sebabkan semakin
besar berkehendak, semakin kuat dan cepat kontraksinya sehingga tidak mungkin
otot menampilkan kerjanya dengan baik tampa sumbangan dari saraf.
Dalam
bahasa Indonesia Neoro = saraf dalam bahasa Indonesia berfungsi menerima sensor
(penerima rangsaan) dan muskeler adalah otot sebuah jaringan dalam tubuh dengan
kontraksi sebagai tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu
organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.
3. Pelatihan
Relaksasi Autogenik
Relaksasi
autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri (autogenesis = ditimbulkan
sendiri). Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang
dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa tertentu yang kemudian terkait
kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa akan
menimbulkan pula pengayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Menerapkan
teknik-teknik relaksasi dalam kehidupan sehari-hari dapat mengurangi gejala
stres dengan mekanisme, antara lain: Memperlambat detak jantung,menurunkan
tekanan darah,memperlambat laju pernapasan,meningkatkan aliran darah ke
otot-otot utama, mengurangi ketegangan otot dan sakit kronis, meningkatkan konsentrasi,
mengurangi kemarahan dan frustrasi, meningkatkan kepercayaan diri untuk
menangani masalah. Untuk mendapatkan manfaat positif yang paling efektif adalah
dengan menggunakan teknik relaksasi bersama dengan kegiatan positif lain,
seperti berolahraga, cukup tidur, dan memiliki waktu yang berkualitas bersama
keluarga dan teman-teman yang mendukung. Jenis teknik relaksasi. Teknik
relaksasi dapat diajarkan oleh dokter, terapis, dan petugas kesehatan
lainnya. Namun mempelajari beberapa
teknik relaksasi juga dapat dilakukan dengan belajar sendiri. Ada beberapa
jenis utama teknik relaksasi yang mudah dilakukan sehari-hari, antara lain:
a. Autogenic
Relaxation
Relaksasi
jenis ini dilakukan dengan menggunakan kedua bayangan visual dan kesadaran
tubuh untuk mengurangi stres. Seseorang dapat mengulangi kata-kata atau saran
dalam pikiran untuk merilekskan dan mengurangi ketegangan otot.
b. Progressive
Muscle Relaxation
Teknik
relaksasi ini dilakukan dengan cara fokus pada kontraksi dan relaksasi pada
otot-otot tubuh. Latihan ini membantu seseorang untuk fokus pada perbedaan
antara ketegangan dan relaksasi otot. Salah satu metode relaksasi otot
progresif adalah dengan menegangkan dan mengendurkan otot-otot jari-jari kaki
dan secara progresif bekerja hingga leher dan kepala. Teknik ini juga dapat
dimulai dari kepala dan leher dan bekerja turun ke jari-jari kaki.
Stress yang
pernah saya alami ketika menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional dan pengumuman
Beasiswa di Universitas Gunadarma pada saat itu hari menjelang pengumaman UN
kurang lebih 1 bulan, dan itu membuat saya stress karena pada saat itu UN
dengan 5 paket soal yang berbeda dan standar kelulusan Ujian Nasional setiap
tahunnya naik 0,25. Hal itu membuat saya stress hingga menaikkan berat badan
saya hingga 5kg. Tetapi pada hasilnya
saya lulus Ujian Nasional dan mendapatkan beasiswa di Gunadarma.
DAFTAR PUSTAKA
3.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756-pengertian-internalisasi-nilai/
4.http://www.forumsains.com/biologi-smu/pengertian-adaptasi/?g_q=pengertian%20%20beradaptasi
5. http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/27/fleksibilitas-350753.html
Langganan:
Postingan (Atom)