'http://twitter.com/novitriarianty, My name is Novi Tri Arianty. I was born on 07 November 93. I ♥ Purple, pink and green. I ♥ Psikologi and Biopsikologi. Novi Tri Arianty: Oktober 2013

Kamis, 31 Oktober 2013

Manajemen Pemasaran

Definisi Pemasaran


Banyak kalangan yang berpemahaman bahwa pemasaran (marketing) tidak ada bedanya dengan penjualan (selling). Untuk mengetahui bahwa antara keduanya berbeda, kita perlu untuk terlebih dahulu melihat definisi atau batasan dari pemasaran dan manajemen pemasaran. Secara sederhana, pemasaran didefinisikan sebagai seperangkat kegiatan yang hasilnya adalah: (i) membuat tersedianya produk (barang atau jasa) yang dapat memuaskan konsumen dan (ii) memberikan keuntungan kepada perusahaan yang menawarkan produk tersebut (Joscon Network, 2002). Definisi yang lebih, katakanlah, formal tentang pemasaran dikemukakan Kotler, pakar manajemen pemasaran tersohor, yaitu bahwa:
“… pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana baik individu maupun kelompok yang terlibat dalam proses tersebut memperoleh apa (produk atau jasa) yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk atau jasa yang bernilai dengan pihak lain” (Kotler, 1997).
Secara lebih rinci, Joscon Network (2002), menyebutkan bahwa pemasaran melibatkan kegiatan-kegiatan berikut:
  1. Mencari tahu produk atau jasa apa yang diinginkan pelanggan;
  2. Memproduksi produk atau jasa yang memiliki karakteristik dan kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan pelanggan;
  3.  Menentukan harga produk atau jasa secara tepat;
  4. Mempromosikan produk atau jasa yang ditawarkan (mengemukakan secara verbal mengapa pelanggan perlu membeli produk atau jasa tersebut); dan
  5. Menjual dan mengantarkan produk atau jasa ke tangan pelanggan.

Dari rincian kegiatan di atas, jelas bahwa penjualan (selling) merupakan bagian dari kegiatan pemasaran. Antara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Lebih jauh dari itu, ternyata pemasaran melibatkan pelbagai kegiatan yang terintegrasi dari mulai penelusuran keinginan (calon) pelanggan hingga pengantaran produk ke tangan pelanggan.

Produk: Klasifikasi dan Karakteristik
Secara umum produk dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu: (i) produk konsumen (consumer products); dan (ii) produk industri (industrial products). Dalam modul, pembahasan hanya akan difokuskan pada produk konsumen. Produk tersebut dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu: (a) produk kebutuhan sehari-hari (convenience products); (b) produk kebutuhan rumah tangga (shopping products); (c) produk spesial (specialty products); dan (d) produk yang belum dirasakan penting manfaatnya (unsought products) (Tull dan Kahle, 1990; Kotler dan Armstrong, 1996 Kotler, 1997).
1.    Produk Kebutuhan Harian (Convenience Products)
Yang dimaksud dengan produk kebutuhan harian adalah barang atau jasa yang biasa dibeli pelanggan dalam frekuensi tinggi, dalam waktu cepat, dan untuk memperolehnya tidak membutuhkan upaya terlalu banyak. Karakateristik dari produk yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah konsumen dengan mudah berganti merek karena masyarakat sering memperoleh informasi baru dari pelbagai media (radio, televisi, koran, dan lain-lain) dan harganya relatif murah. Contohnya, antara lain, adalah: pasta gigi; shampo; sabun mandi; minyak rambut; dan sebagainya.
1.    Produk Belanjaan (Shopping Products)
Produk kelompok ini biasanya dibeli konsumen setelah mereka membandingkan baik harga, kualitas maupun spesifikasi lainnya dari pedagang lainnya. Karakteristiknya antara lain, adalah pembeli sangat mempertimbangkan penampilan fisik produk (physical attributes), pelayanan purna jual (after sales services), harga (price), gaya (style), dan tempat penjualan. Contohnya, di antaranya, adalah lemari pendingin (kulkas), televisi, kompor gas, pendingin udara, dan sebagainya.
2.    Produk Khusus (Specialty Products)
Produk khusus adalah kelompok produk yang memiliki karakteristik istimewa atau unik sehingga pelanggan mau membayarnya dengan harga tinggi dan rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk memperolehnya. Contohnya adalah mobil mewah (Roll-Royce, Maserrati, Porche, dan lain-lain), barang antik, dan sebagainya.
3.    Produk Tidak Dicari (Unsought Products)
Kelompok produk adalah produk yang keberadaannya dan juga kemanfaatannya tidak banyak diketahui oleh konsumen. Konsumen biasanya tidak pernah menyadari bahwa mereka memerlukannya dan karenanya tidak banyak yang berpikir untuk membeli produk kelompok ini. Contoh klasik dari kelompok produk ini adalah asuransi (jiwa dan yang lainnya) dan kapling untuk kuburan.
Kotler dan Armstrong (1996) dan Kotler (1997) membagi penyusunan strategi pemasaran suatu produk ke dalam beberapa langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah: (i) diferensiasi; (ii) penentuan posisi penawaran pasar; (iii) pengembangan produk baru; dan (iv) pengelolaan strategi siklus hidup produk. Langkah pertama, yakni diferensiasi, terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu: (a) diferensiasi produk; (b) diferensiasi pelayanan; (c) diferensiasi personil; (d) diferensiasi saluran; dan (e) diferensiasi citra. Langkah kedua, penentuan posisi penawaran pasar, difokuskan pada dua hal pokok, yaitu: (a) tingkat perbedaan (dari produk) yang akan dipromosikan; dan (b) jenis perbedaan yang akan dipromosikan. Langkah ketiga, pengembangan produk baru, dibagi ke dalam 9 (sembilan) tahapan, yaitu: (a) pemunculan gagasan; (b) penyaringan gagasan; (c) pengembangan dan pengujian konsep: (d) pengembangan strategi pemasaran; (e) analisis bisnis; (f) pengembangan produk; (g) pengujian pasar; dan (h) komersialisasi. Langkah keempat, pengelolaan strategi siklus hidup, didasarkan kepada keempat tahapan siklus hidup produk, yakni: (a) tahap perkenalan; (b) tahap petumbuhan; (c) tahap kedewasaan; dan (d) tahap penurunan.
Perusahaan yang bergerak dalam produk (barang atau jasa) yang berkaitan dengan teknologi informasi di Indonesia umumnya, kalau tidak dikatakan seluruhnya, hanya berperan sebagai penjual dan pemberi layanan (jasa). Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat dikategorikan ke dalam kelompok usaha perdagangan dan jasa. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang cocok untuk perusahaan demikian adalah diferensiasi, khususnya butir kedua (diferensiasi pelayanan), ketiga (diferensiasi personil), dan ketiga (diferensiasi saluran).
Tujuan Pemasaran (Marketing Objective)
Dalam komponen ini, kita diharuskan untuk memaparkan tujuan pemasarannperusahaan kita, antara lain, seperti meningkatkan kesadaran (akan keberadaan) produk (barang) dan/atau jasa yang ditawarkan perusahaan di kalangan khalayak atau pasar sasaran.
Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)
Setelah memaparkan secara rinci tujuan pemasaran, kita, dalam komponen ini diminta untuk memaparkan secara rinci tentang strategi pemasaran perusahaan. Di sinilah rencana bagaimana mencapai tujuan pemasaran persusahaan disusun. Komponen ini pada dasarnya merupakan inti dari rencana pemasaran perusahaan kita. Isi di dalamnya meliputi ke-empat factor bauran pemasaran atau marketing mix atau lebih populer disebut sebagai 4Ps, yaitu: product (barang atau jasa); price (harga); promotion (promosi); dan place atau distribution (distribusi).
  • Product. Deskripsi lengkap tentang barang dan/atau jasa yang ditawarkan perusahaan kita dipaparkan di dalam komponen ini. Deskripsi tersebut, antara lain, meliputi fitur (feature) dan kegunaan (benefit) dari barang dan/atau jasa yang ditawarkan 
  • Price. Deskripsikan dalam bagian ini pula strategi penentuan (pricing strategy) harga barang dan/atau jasa yang ditawarkan dan kebijakan atau sistem pembayarannya (payment policies);
  • Promotion. Paparkan secara rinci alat-alat atau media promosi yang akan digunakan perusahaan kita atau taktik yang akan diterapkan dalam merealisasikan rencana promosi (promotion plan) dalam rangka mewujudkan tujuan pemasaran perusahaan; dan
  • Place. Di sini kita diminta untuk mendeskripsikan secara rinci bagaimana dan di mana produk perusahaan akan ditempatkan (didistribusikan) sehingga pelanggan mudah mengaksesnya. Kita juga perlu untuk memaparkan bagaimana perusahaan akan menjualnya atau metode distribusi dan penjualan apa yang akan diterapkan perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA
Joscon Networks (2002). How To Develop Your Marketing Plan: A Forty Part Workshop.
http://linzl.net/biz/mkpl.html.
Kotler, P. and G. Armstrong (1998). Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1 (Edisi Bahasa
Indonesia dari Principles of Marketing 7e). PT Prenhalindo, Jakarta.
Kotler, P. and G. Armstrong (1998). Dasar-dasar Pemasaran Jilid 2 (Edisi Bahasa

Indonesia dari Principles of Marketing 7e). PT Prenhalindo, Jakarta.           

STP

Dalam praktek manajemen pemasaran dikenal adanya istilah STP atau singkatan dari segmentation, targeting dan positioning. Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal,kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar pembagian demografis; berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup (psikografis).
Segmentation: Adalah upaya memetakan atau pasar dengan memilah-milahkan konsumen sesuai persamaan di antara mereka. Pemilahan ini bisa berdasarkan usia, tempat tinggal, penghasilan, gaya hidup, atau bagaimana cara mereka mengkonsumsi produk.
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas social ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas). Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia yang murah meriah cenderung ditujukan untuk golongan B dan golongan C. Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau produk tas Gucci ditujukan untuk segmen kelas atas.

Targeting : Setelah memetakan pasar, tahap targeting seperti namanya adalah membidik target market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Sebagai misal produk-produk tas dan sepatu mewah seperti dengan merk Gucci atau Louis Vuitton, maka mereka selalu memilih mall kelas atas seperti Plaza Senayan dan Pacific Place untuk membuka outletnya; dan bukan di mal kelas menengah seperti Plaza Jatinegara. Hal diatas dilakukan agar kegiatan promosi pemasaran yang dilakukan pas dan tepat sasaran dengan segmen pasar yang ditujunya.
Positioning: Apabila target pasar sudah jelas, positioning adalah bagaimana kita menjelaskan posisi produk kepada konsumen. Apa beda produk kita dibandingkan kompetitor dan apa saja keunggulannya. Langkah ini artinya adalah menciptakan keunikan posisi produk dalam benak atau persepsi pelanggan potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu mencitrakan dan memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada sisi lain Esia selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat kebanyakan yang murah dan tersedia dimanamana.
Positioning yang pas ini menjadi sangat penting, sebab dengan begitu mereka bisa meraih simpati dalam benak pelanggan. Dan selanjutnya hal ini bisa mendorong mereka untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan.
KORELASI ANTAR STP & 4P
Dalam marketing STP dan 4P ini akan selalu muncul, apa pun konteksnya. Jadi sangat penting untuk lebih mengenal kedua konsep ini dengan baik. Dalam rangkaian proses marketing, STP ini ada di tahap awal yang paling penting yakni mengidentifikasikan customer value. STP ada di level strategis karena menentukan bagaimana kita menggarap pasar.
  • Product: Pertama-tama, untuk masuk ke pasar, kita harus memiliki produk yang bagus sesuai dengan target pasarnya.
  • Price: Produk tersebut harus memiliki harga yang sesuai dengan target pasar.
  • Place: Lokasi atau tempat yang kita masuki juga menentukan keberhasilan menggarap target pasar.
  • Promotion:Ketiga P yang lain tak akan berarti tanpa promosi, yakni mengkomunikasikan produk kita kepada target pasar.


Jika STP ada di level strategis, 4P bermain di level eksekusi. Dalam proses marketing, 4P ini ada pada tahap menyalurkan customer value dan mengkomunikasikan customer value kepada pasar



DAFTAR PUSTAKA
Zulfahmi, Segmentasi, Targeting dan Positioning dalam ManajemenPemasaran dalam directory.umm.ac.id/.../ppt/6._Segmentasi_Targeting_Positioning.ppt (Diakses tanggal 29 Oktober 2013)

Minggu, 27 Oktober 2013

POAC


 Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah penetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas, pegelompokan aktivitas, penugasan kelompok aktivitas, pendelegasian wewenang, pengkoordinasian hubungan antar wewenang serta informasi baik secara vertikal maupun horizontal, yang dibutuhkan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Agar peran organisasi ada dan berarti bagi orang-orang, peran-peran itu harus mencakup:
a.    Tujuan yang dapat direalisasikan.
b.    Konsep dan batas kewajiban yang jelas.
c.    Kebijakan-kebijakan yang dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan.
d.    Ketersediaan informasi yang diperlukan, alat-alat dan sumber-sumber yang penting.
Pengertian Organisasi
Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Organisasi sebagai alat manajemen
Organisasi sebagai alat manajemen adalah organisasi sebagai wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkan manajemen dapat bergerak. Organisasi sebagai alat organisasi dalam arti statis (tetap/tidak bergerak).
2. Organisasi sebagai fungsi manajemen
Organisasi sebagai fungsi adalah organisasi dalam arti dinamis, yaitu organisasi yuangmemberikan memungkingkan tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Selain itu organisasi masih mempunyai pengertian yaitu organisasi sebagai :
·         “a group of people”, yaitu kelompok orang-orang yang membentuk kelompok tertentu yang bekerjasama untuk melaksanakan suatu usaha atau kegiatan.
·         “a system of authority”, yaitu organisasi sebagai sistem wewenang yang memberikan kekuasaan bagi setiap pejabat dalam melaksanakan tugasnya.
·         “a system of function”, yaitu sebagai sistem distribusi tugas sehinggaa masing-masing pejabat memegang tugas tertentu.
Timbulnya Organisasi
Organisasi timbul apabila ada dua orang atau lebih yang bersama-sama menjalankan pekerjaan untuk kepentingan bersama.
Dasar Organisasi
Yang menjadi dasar organisasi adalah penakanan pada tugas-tugas yang ada pada organisasi tersebut, kemudian baru menentukan orang-orang yang tepat untuk menjalankan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.
Unsur-Unsur Organisasi
a.    Himpunan orang-orang
b.    Bekerja sama
c.    Pencapaian tujuan bersama
Hubungan Organisasi dan Manajemen
Organisasi adalah wadah dari manajemen yang saling mempengaruhi. Kalau organisasi baik tetapi manajemen tidak baik, maka organisasi tidak dapat bergerak, demikan sebaliknya. Dalam rangka membentuk organisasi yang baik perlu diketahui dan diperhatikan asasasas
terdapat dalam organisasi, yaitu :
a.    Asas kesatuan komando (unity of commad)
Dalam suatu organisasi ada suatu asas dimana tiap-tiap pegawai hanya mempunyai satu pimpinan (pimpinan tunggal), dimaksudkan agar tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan dengan dan karena hanya berasal dari pimpinannya
b.    Span of control
Dengan span of control dimaksudkan untuk memberi batas kemampuan seorang pimpinan untuk dapat mengatur dan mengawasi bawahannya. Kemampuan tiap-tiap pimpinanberbeda satu sama lain, ada yang mampu hanya 5 pegawai, ada yang 10 pegawai atau 15. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat yang paling efektif seorang pimpinan sebanyak-banyaknya mengawasi 8 pegawai. Perbedaan kemampuan tersebut berdasarkan beberapa faktor, antara lain, perbedaan pengalaman, perbedaan pendidikan, perbedaan kecakapan dan perbedaan usia.
c.    Pembagian kerja secara homogen
Bermacam tugas dalam organisasi harus dibagi-bagi sedemikain rupa dan ditugaskan pada orang-orang tertentu, tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang homogen dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
d.    Delagasi wewenang yang diikuti dengan tanggung jawab.
Untuk berhasilnya suatu organisasi tergantung pada sejauh mana seorang pimpinan mendelegasikan wewenang, yang tentunya disertai dengan delegasi tanggung jawab. Delegasi diberikan karena pimpinan sudah memberikan kepercayaan penuh kepada yang didelegasikan.

Tipe/Bentuk Organisasi
Tipe/bentuk organisasi pada umumnya berbentuk:
1.    Organisasi Lini (line)/Garis
Organisasi berbentuk lini /garis adalah suatu bentuk organisasi di mana kepala/pemimpin (Chief Executive) dipandang sebagai satu-satunya sumber wewenang, dimana semua keputusan/kebijasanaan dan tanggung jawab ada pada satu tangan (maksudnya kepala/pimpinan puncak).
Ciri-ciri organisasi lini/garis
Ciri-ciri organisasi lini/garis adalah dimana pimpinan organisasi tunggal, garis komando ke bawah jelas dan kuat.
Kebaikan :
Kebaikan dari organisasi lini/garis adalah :

  • Asas kesatuan komando tampak menonjol
  • Dapat menjamin kedisiplinan
  • Koordinasi relatif mudah dilaksanakan
  • Pengawasan kepada bawahan mudah dilaksanakan
Keburukan :
Keburukan dari organisasi lini/garis adalah :

  • Perluasan organisasi berarti penambahan beban dan tanggung jawab dan dapat melampuai span of control
  • Anggota organisasi (bawahan) tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang.

2.    Organisasi Staf (Staff)/Bantuan
Organisasi staf adalah suatu bentuk organisasi yang hanya mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan fungsi memberi bantuan, baik berupa pemikiran maupun hal-hal lainnya, untuk kelancaran tugas pimpinan.
Ciri-ciri organisasi lini dan staf
Pimpinan dibantu oleh staf dan ada kesatuan komando. Staf mempunyai wewenangfungsional dan memberikan advis/petunjuk. Kepala mempunyai wewenang komando.
Kebaikan

  1. Disiplin dapat dipegang teguh
  2. Keahlian/spesialisasi dalam tugas masing-masing staf dapat dipertahankan dandikembangkan.
Keburukan

  • Dalam bentuk lini dan staf , sering terjadi pertengkaran antara pejabat lini dan staf sehingga sering menghambat jalannya organisasi.
3.    Organisasi Fungsional
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah:
a.    Bawahan mendapat perintah dari beberapa pejabat yang masing-masing menguasai suatu keahlian tertentu dan bertanggung jawab sepenuhnya atas bidangnya. Pada bentuk ini pimpinan mempercayakan sepenuhnya kepada para ahli dalam bidang masing-masing.
Kebaikan
Kebaikan dari organisasi fungsional adalah :

  • Bidang pekerjaan khusus diduduki seseorang yang ahli yang memungkinkan bekerja atas dasar keahlian dan kecintaannya pada tugasnya.
  • Tanggung jawab atas fungsinya terjamin.
Keburukan :
Keburukan dari organisasi fungsional adalah :

  • Koordinasi sulit dilaksanakan
  • Dapat menimbulkan dispersonalisasi
  • Keahlian memimpin kurang dapat jaminan
  • Asas kesatuan komando sulit dilaksanakan.
Pembedaan Bentuk Organisasi
Menurut Drs. The Liang Gie dalam bukunya “Organisasi dan Administrasi Kantor Modern”, menyebutkan bahwa bentuk-bentuk organisasi dapat dibedakan menurut dalam beberapa hal sebagai berikut :
a.    Pemimpin Proyek
b.    Pimpinan
c.    Peneliti
Hendry G. Hadges mengemukakan 4 bentuk bagan organisasi menurut wujudnya, yaitu:
a.    Bentuk piramida
b.    Bentuk horizontal
c.    Bentuk vertical
d.    Bentuk lingkaran
e.    Bentuk lukisan-lukisan
Masing-masing bagan kecuali bagan lukisan, dapat dibedakan menurut isinya, yaitu bagan structural, bagan fungsional, bagan jabatan, bagan nama.
Organisasi formal dan non formal
Seorang ahli bernama Barnard dan dari penemuan ekperimen Hawthorne, organisasi dapat dibedakan menjadi organisasi formal dan non formal.
a.    Organisasi formal
Menurut Barnard adalah apabila aktivitas orag-orang lebih dikordinasi secara sadar menuju tujuan tertentu. Organisasi dikatakan formal apabila :
1.    Dapat berkordinasi satu sama lainnya
2.    Bersedia untuk bertindak
3.    Bersama-sama mempunyai suatu tujan
b.    Organisasi non formal
Organisasi non formal adalah setiap gabungan aktivitas pribadi tanpa tujuan untuk bergabung secara sadar, meskipun dapat memberikan hasil bagi gabungan tersebut. (misalnya para penumpang pesawat, aktivitas dipasar, penonton bioskop, dan sebagainya).

Actuating (Penggerakan)
a. Pengertian dan Peranan
Penggerakan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa peranan penggerakan (actuating) sangat penting, karena penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi-fungsi manajemen yang lain, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan.
Menggerakan orang-orang agar mau dan suka bekerja mempunyai arti bagimana menjadikan para pegawai sadar akan tugas dan kewajiban serta bertanggung jawa atas tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menunggu perintah dari siapapun.
Faktor-faktor penting dalam keberhasilan penggerakan
Fungsi penggerakan tidak sekedar pekerjaan mekanis (mesin, elektronik) karena manusia bukanlah robot, oleh karenanya diperlukan faktor-faktor pendukung, seperti :
1. Segi Organisasi
a)   Terdapat peraturan-peraturan
Maksudnya adalah adanya ketentuan-ketentuan yang memberi kemungkinan adanya kepastian perkembangan organisasi baik ke dalam maupun ke luar.
b)   Terdapat fasilitas-fasilitas
Maksudnya adalah fasilitas-fasilitas perangkat lunak atau perangkat keras yang diperlukan untuk gerak organisasi yang didasarkan atas pengkajian yang dapat dipertanggung jawabkan untuk memenuhi aspek kuantitas dan kualitas.
c)    Terdapat sarana komunikasi yang memadai
Sarana komunikasi yang memadai adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi, misalnya telepon, internet, mimbar, publikasi, journal dan sebagainya.
d)   Terdapat kader-kader pemimpin
Terdapat kader-kader pimimpin artinya bahwa untuk mendapatkan pimpinan yang jelas dan tegas ruang lingkup kepemimpinannya perlu dipertimbangkan dari dalam organisasi untuk memotivasi gerak organisasi kearah yang sesyai tujuan organisasi.
2. Segi Pemimpin
a. Wewenang
Wewenang maksudnya adalah pemimpin harus memahami akan tugas dan wewenang yang diembannya (delegation of authority) dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Antara tugas dan wewenang harus memperhatikan hukum keseimbangan (equilibrium).
2.    Tidak menyalahgunakan wewenang.
3.    Wewenang harus dipertanggungjawabkan pada jalur organisasi tertentu.
4.    Pembatasan waktu memegang jabatan memimpin, untuk menghindari teori absolutisme kekuasaan.
5.    Memiliki kelebihan-kelebihan
Maksudnya adalah suatu keadaan tertentu yang dimiliki seseorang dan tidak terdapat pada orang lain, kelebihan tersebut antara lain :
·         Kelebihan dalam pikiran dan rasio
·         Kelebihan dalam fisik dan rohaniah.
·         Memiliki sifat-sifat kepemimpinan
Menurut Ord Way Tead dalam bukunya “The Art of Leadership”, menyebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin adalah :
1.    Energi jasmani dan rokhani (physical and nerveus energy)
2.    Semangat untuk mencapai tujuan (a sence of purpose an direction)
3.    Ramah dan penuh perasaan ( frend lyness and effection)
4.    Integritas (integrity)
5.    Kecakapan teknis ( technical skill)
6.    Mudah mengambil keputusan (decisive ness)
7.    Cerdas (intelligence)
8.    Kecakapan mengajar (teaching skill)
9.    Keyakinan (faith).

Pengendalian/Pengawasan (Controlling)
A.   Arti Pengawasan
Mc. Farland memberikan definisi, pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditentukan. Menurut Mc. Farland pengawasan harus berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :
a.    Rencana yang telah ditentukan
b.    Perintah terhadap pelaksanaan pekerjaan
c.    Tujuan
d.    Kebijakan-kebijakan.

B.   Maksud Pengawasan
Pengawasan dimkasudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidak sesuaian dan lain-lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Tugas/Fungsi Pengawasan
1.    Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap yang diserahi tugas dan wewenang dan pelaksanaan pekerjaan.
2.    Mendidik para pejabat/pimpinan agar dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
3.    Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan kelemahan untuk menghindari kerugian yang tidak diinginkan.
4.    Suatu usaha untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan.
Macam-Macam Pengawasan
a.    Pengawasan dari dalam orgnisasi (Pengawasan Internal) adalah pengawasan yang dilakukan oleh oleh aparat/unit pengawasan yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri (dalam satu atap). Aparat/unit pengawasan ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan untuk melihat dan menilai kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Selain itu pimpinan dapat mengambil suatu tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya (internal control), misalnya unit kerja Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan di tingkat departemen.
b.    Pengawasan Luar Organisasi (Pengawasan Ekstenal) adalah pengawasan yang dilakukan oleh Aparat/Unit Pengawasan dari luar organisasi terhadap departemen (lembaga pemerintah lainnya) atas nama pemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan pemeriksaan/pengawasan terhadap organisasinya. Misalnya Konsultan Pengawas, Akuntan swasta dan sebagainya.
c.    Pengawasan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud pengawasan preventif adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan. Adapun dalam pengawasan preventif yang dilakukan adalah :
1.    Menentukan peraturan-peraturan yang berlaku yang berhubungandengan system prosedur, hubungan dan tata kerjanya.
2.    Membuat pedoman/manual sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
3.    Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
4.    Mengorganisasikan segala macam kegiatan, penempatan pegawai dan pembagian pekerjaan.
5.    Menentukan sistem koordinasi, pelaporan dan pemeriksaan.
6.    Memberikan sanksi-sanksi terhadap pejabat yang menyimpang dari peraturan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d.    Pengawasan Represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud dilakukannya pengawasan represif adalah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya tidak menyimpang dari yang telah direncanakan (dalam pengawasan anggaran disebut post- audit). Sistem Pengawasan Represif, dibagi menjadi :
1. Sistem Komperatif, yaitu :
Ø  Mempelajari laporan kemajuan pekerjaan
Ø  Membandingkan laporan hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan dengan rencana
Ø  Mengadakan analisa terhadap perbedaan-perbedaan, temasuk pengaruh factor lingkungan.
Ø  Memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan termasuk para penanggung jawabnya.
Ø  Membuat suatu keputusan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan pekerjaan.
2. Sistem Verifikatif, yaitu :
ØMenentukan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.
Ø  Membuat laporan secara periodic terhadap hasil pemeriksaan.
Ø  Mempelajari laporan untuk mengetahui perkembangan dari hasil pelaksanaan.
Ø  Mengadakan penilaian terhadap hasil pelaksanaan.
Ø  Mengambil keputusan untuk tindakan-tindakan perbaikan atau penyempurnaan.
         3.Sistem Inspeksi
Inspeksi dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari hasil laporan . selain itu inspeksi bertujuan untuk memberikan penjelasan-penjelasan terhadap kebijaksanaan pimpinan, dilakukan dengan rasa kesetiakawanan, solidaritas dan morak yang tinggi.
4.  Sistem Investigasi
Sistem ini lebih menitik beratkan pada penyelidikan/penelitian yang lebih mendalam terhadap masalah-masalah yang bersifat negatif. Hal ini karena dari hasil laporan masih bersifat hipotesa (anggapan), laporan tersebut mungkin benar dan mungkin salah, oleh karena itu perlu diteliti lebih dalam untuk dapat mengungkap hipotesis tersebut. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah pengumpulan data, menganalisa/mengolah data dan penelitian terhadap data tersebut (validitas data). Kemudian dari hasil penelitian tersebut segera diambil keputusan.
Metode Pengawasan

  1. Pengawasan Langsung, adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung pada lokasi pelaksanaan pekerjaan (sistem inspektif, verifikatif dan investigasi).
  2. Pengawasan tidak langsung, adalah pengawasan yang dilakukan terhadap hasil-hasil laporan yang berupa uraian kalimat, angka-angka atau statistik yang berupa gambar-gambar.
  3. Pengawasan formal, adalah pengawasan yang dilakukan secara formal oleh aparat/unit pengawasan dilingkungan organisasi itu sendiri. Dalam pengawasan ini telah ditentukan prosedur, hubungan dan tata kerjanya.
  4. Pengawasan informal, adalah pengawasan yang dilakukan pejabat/pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi (secara pribadi = secara incognito). Hal ini untuk menghindari kekakuan antara atasan dan bawahan dan diharapkan terciptanya suatu keterbukaan dalam memperoleh informasi dan pimpinanpun dapat langsung memberikan jalan keluar bila ditemui maslah dalam pelakanaan pekerjaan.
  5. Pengawasan administratif, meliputi pengawasan bidang keuangan, kepegawaian dan materiil.
Prinsip-Prinsip Pengawasan

  • Berorientasi pada tujuan organisasi
  • Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi
  • Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menurut peraturan yang berlaku dan kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan dan berorientasi pada tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan.
  • Pengawasan harus menjamin hasil guna dan daya guna.
  • Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat.
  • Pengawasan harus terus menerus.
  • Hasil peengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed back) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam perencanaan dan kebijaksanaan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA