'http://twitter.com/novitriarianty, My name is Novi Tri Arianty. I was born on 07 November 93. I ♥ Purple, pink and green. I ♥ Psikologi and Biopsikologi. Novi Tri Arianty: Mei 2013

Selasa, 28 Mei 2013

Katakan Tidak By Afgan

Lirik Lagu Afgan - Katakan Tidak

Kekasihku jangan macam-macam padaku
Cukup satu macam saja kepadaku
Jangan terus kau bagi-bagi cintamu
Cukup sayangi aku 
Kekasihku jangan terus mengujiku
Aku mau kau mau mendengarkanku
Jangan terus kau memandangi temanku
Didepan mataku 
Katakan tidak pada selingkuh
Katakan tidak pada mendua 
Katakan tidak pada semua
Yang sudah miliki kekasih
Katakan tidak pada berdusta
Katakan tidak tebar pesona
Katakan tidak pada lainnya
Cukup aku satu
Kekasihku jangan terus mengujiku
Aku mau kau mau mendengarkanku
Jangan terus kau memandangi temanku
Didepan mataku 
Katakan tidak pada selingkuh
Katakan tidak pada mendua
Katakan tidak pada semua
Yang sudah miliki kekasih
Katakan tidak pada berdusta
Katakan tidak tebar pesona
Katakan tidak pada lainnya
Cukup aku satu
Katakan tidak pada selingkuh
Katakan tidak pada mendua
Katakan tidak pada semua
Yang sudah miliki kekasih
Katakan tidak pada berdusta
Katakan tidak tebar pesona
Katakan tidak pada lainnya
Cukup aku satu

Sabtu, 25 Mei 2013

STRESS



TUGAS 3 
                                                   

PSIKOLOGI
KESEHATAN MENTAL




Disusun :
Novi tri arianty
15511227
2pa06

Psikologi






STRESS


1. Defenisi Stres





Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk tertentu,  dalam  kadar  berat  ringan  yang  berbeda  dan  dalam  jangka  panjang- pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun bisa terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ”singere” yang berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).
Menurut Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005). Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai reaksi  fisik,  mental, serta kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan  seseorang.

1.1 Jenis-Jenis Stres


Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1.    Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan  konstruktif (bersifat membangun) seperti promosi jabatan, cuti yang dibayar, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi., dan sebagainya.
2.  Distress yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak) seperti kematian anak, istri, di-PHK dari pekerjaannya, dan sebagainya

2.  Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres


Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang  mengawali  atau  mencetuskan  perubahan.  Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau  kebutuhan  kultural.  Stressor  secara  umum  dapat  diklasifikasikan  sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005).
Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas:
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Beban  yang  terlalu  berat  menyebabkan  perasaan  tidak  berdaya,  tidak memiliki  harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat  dan akan  membuat  penderitanya  merasa  kelelahan secara  fisik  dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe  kepribadian  A  merupakan  tipe  kepribadian  yang  cenderung  untuk mengalami  stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang bemusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah    yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

2.1 Tipe Kepribadian Berhubungan dengan Stres


Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan mengalami  stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu. Ada dua tipe kepribadian yaitu :
1) Tipe kepribadian ”A”  (”A” type Personality)
Tipe kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena   stres.   Rosenmen   &  Chesney  (1980)   dalam  Hawari  (2001) menggambarkan  ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius, agresif dan kompetitif, banyak  jabatan rangkap, kurang sabar, mudah tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif,  tidak  dapat  diam,  bekerja  tidak  mengenal  waktu, pandai berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-gesa,  mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai  maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya terkendali.
2) Tipe kepribadian ”B” (”B” type personality)
Tipe kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan ciri-ciri:  ambisi  yang  wajar-wajar  saja,  tidak  agresif  dan  sehat  dalam berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung  dan  tidak  mudah  marah (emosi  terkendali),  kewaspadaan dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang tidak berlebihan, cara bicara  yang  tidak  tergesa-gesa,  bertindak   pada  saat  yang  tepat, perilaku        tidak    hiperaktif,      dapat  mengatur       waktu            dalam bekerja (menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin bersifat  akomodatif  dan  manusiawi, lebih  suka  bekerjasama  dan  tidak memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan tenang  (relaks),  tidak  tergesa-gesa,  mudah  bergaul,  ramah  dan  dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak kaku (fleksibel), sabar dan  mempunyai selera humor yang tinggi, dapat menghargai pendapat orang lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat membebaskan diri dari segala macam problem  kehidupan dan pekerjaan manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri (Hawari, 2001).

2.2 Kecakapan
Kecakapan merupakan variabel yang ikut menentukan stres tidaknya suatu situasi yang sedang dihadapi. Jika seorang tenaga kerja mengahadapi masalah yang ia rasakan tidak mampu ia pecahan, sedangkan situasi tersebut mempunyai arti yang penting bagi dirinya, situasi tersebut akan ia rasakan sebagai situasi yang mengancam dirinya sehingga ia mengalami stres.
Menurut Cooper (1983) latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap kualitas dalam bekerja. Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah dan akan menimbulkan stres.

2.3 Nilai dan Kebutuhan
Setiap organisasi mempunyai kebudayaan masing-masing. Kebudayaan yang terdiri dari keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma perilaku yang menunjang organisasi dalam usahanya mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan pemanduan (integrasi) internal. Para tenaga kerja diharapkan berperilaku sesuai dengan norma-norma perilaku yang diterima dalam organisasi. Jika tidak ia bisa mengundurkan diri, karena tidak ada pekerjaan lain atau karena sebab lain, maka tenaga kerja akan mengalami stres.
Peristiwa traumatik juga dapat menyebabkan stres pada seseorang seperti gempa bumi dan banjir, bencana buatan manusia seperti perang dan kecelakaan nuklir, kecelakaan mobil atau pesawat terbang; dan penyerangan fisik seperti pemerkosaan atau upaya pembunuhan

3. Sumber-Sumber Stres Berasal Dari Individu
1.    Approach-approach conflict
Terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai. 
2.    Avoidance-avoidance conflict
 Terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi.
3.    Approach-avoidanceconflict
Merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.

4. Menejemen Stress
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.

4.1 Konsep Adaptasi
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku manusia :
a.   Kebutuhan
   Kebutuhan badaniah
   Kebutuhan psikologis
b.   Dorongan : Menjamin agar manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya. Peristiwanya di sebut stressor. Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

4.2 Konsep Internalisasi
Proses internalisasi diri, yaitu penyerapan terhadap yang diinginkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangannya.

4.3 Konsep Sosialisasi
Sosialisasi itu hal yang baik untuk memiliki teman-teman, untuk bersosialisasi. Ada begitu banyak hal baik untuk dibagi kepada orang-orang. Sebagai mahluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri tanpa seseorang. Untuk meminjamkan telinga, untuk mendengarkan keluh kesah diperlukan pendengar yang baik untuk memberikan solusi. Sayangnya, kita hidup di dunia yang penuh dengan jiwa mengkonsumsi, yang jarang meluangkan waktu untuk berbagi
dan mendengarkan orang lain. Namun, Anda dapat menemukan seseorang dalam miliaran orang di dunia yang akan mendengarkan. Ketika Anda sendirian Anda, merasa kesepian. Pada saat ini tubuh dan pikiran Anda bertahan Stres yang tidak beralasan dari kurangnya sosialisasi.


5.    Respon Terhadap Stres
                               

Cridder dkk (1983) menjelaskan bahwa stres dapat muncul dalam bentuk:
1.  Respon emosional; yaitu ada tidaknya simtom stres berupa perasaan cemas, gelisah, sedih, depresi, marah, gugup ataupun perasaan bersalah. Emosi stres yang paling sering terjadi adalah kecemasan dan depresi yang ditandai dengan perasaanperasaan takut, cemas, gelisah, merasa tidak berguna dan kelelahan yang sangat.
2. Respon pada fungsi berpikir; yaitu ada atau tidaknya gangguan pada kemampuan berpikir yang berupa konsentrasi, pemikiran yang negatif, ingatan dan gangguan mimpi buruk
3.  Respon fisiologis; terbagi dalam dua kelompok simtom, yaitu:
a. Skeletal muscle simptoms meliputi: sakit kepala, mulut terasa kering, perasaan tegang dan gugup, tubuh terasa lemas, tangan dan kaki dingin, dada terasa nyeri serta perasaan goyah
b. Simptoms of visceral (simtom organ tubuh dalam) seperti: kehilangan gairah seksual, jantung berdebar-debar, nafas terasa sesak, perut terasa mual dan kejang-kejang serta tangan gemetar
4.    Respon perilaku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.

5.1 Reaksi Stress

       

a. Fight:
Pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan  psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur  strategi untuk mengatasi stressor ini.Tubuh berusaha menyeimbangkan  proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali keadaan normal dan pada waktu yang sama  pula tubuh  mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stress akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stressor berjalan terus dan tidak dapat diatasi atau terkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan individu tidak akan sembuh.
b. Flight:
Tahap ini terjadi karena ada suatu perpanjangan tahap awal stress yang tubuh individu telah terbiasa. Energi penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkan pada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuain  diri terhadap lingkungan seperti  sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri colonel, bisul, kolistis. Tanpa ada usaha melawan, kelelehan bahkan kematian dapat terjadi (selye,1956,1974).
Bila tubuh terekspos pada stressor yang sama dalam waktu yang sangat lama secara terus menerus,maka tubuh yang semula telah biasa menyesuaikan diri,akan kehabisan energi untuk beradaptasi. Pada keadaan ini timbul kembali tanda-tanda, namun pada tahap ini bersifat irreversible, individu  akan meningkat, Daya tahan tubuh terhadap suatu stresor tidak dapat dianggap bertahan selamanya,karena pada suatu saat energi untuk adaptasi itu akan habis.
Selye menunjukkan penelitian yang ekstensif pada suatu tempat percobaan buatan yang terkontrol dengan binatang percobaan sebagai subyek.Dia menemukan akibat fsikologis dengan stimulasi (rangsangan) fisik, seperti menghadapkan subyek terhadap temperatur panas atau dingin, kejutan listrik, injeksi zat beracun,isolasi fisik dan luka beda. Sejak penerbitan hasil penelitiannya, studi-studi lain telah mengungkapkan bahwa syndrome “fight or flight” gejalanya Nampak pada efek fsikologis atau rangsangan  emosi seperti juga pada rangsangan fisik,dan karenanya tubuh mungkin kehabisan energi penyesuaiannya lebih cepat pada stress fisikologis dari pada penyakit fisik.


6.  Teknik Penenangan Pikiran

1.    Meditasi


Sebuah penelitian di Jurnal Brain menegaskan stres membuat orang kehilangan toleransi terhadap rasa nyeri. Makin tinggi kadar kortisol atau hormon stres di air liurnya, makin tinggi pula aktivitas otak di bagian pusat penerimaan rangsang nyeri. Sementara itu, penelitian lain di Thomas Jefferson University, AS, menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat stres bisa ditangkal dengan cara yang sangat mudah yakni meditasi. Tidak butuh waktu berjam-jam untuk melakukannya, cukup meluangkan 15 menit saja.
Menurut penelitian tersebut, meditasi selama 15 menit bisa menurunkan level stres sebanyak 25 persen. Dikutip dari Mesnhealth.com, Kamis (7/3/2013), keluhan nyeri leher pada 56 persen responden yang mengalami stres juga berkurang atau bahkan hilang sama sekali berkat latihan meditasi ini. Dalam penelitian ini, para partisipan melakukan meditasi setiap hari dalam delapan pekan, masing-masing selama 15 menit saja. Bentuk meditasinya bermacam-macam, bisa dengan mendengarkan denyut jantungnya sendiri atau bisa juga dengan latihan yoga.
Stres itu sendiri tidak hanya meningkatkan sensitivitas terhadap rasa nyeri. Penelitian juga mengungkap bahwa stres bisa meningkatkan nafsu makan sehingga lebih berisiko gemuk. Bagi yang berminat, boleh juga mencoba meditasi untuk menahan lapar.

2.    Pelatihan Neuromuscular



Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah suatu program yang terdiri dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen sistem saraf yang mengendalikan aktivitas-aktivitas otot. Individu diajari untuk secara sadar mampu mereleksasikan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat.
Neuromuskuler adalah dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam keadaan olahraga. Muskuler (perototan) dalam fungsinya adalah mengerut, memendek, kontraksi. Dalam pemendekan, otot di rangsang (dikontrol) oleh sistem neuron atau saraf  sehingga otot terkontrol kekuatan, akurasi, dan power –nya. Hal ini di sebabkan semakin besar berkehendak, semakin kuat dan cepat kontraksinya sehingga tidak mungkin otot menampilkan kerjanya dengan baik tampa sumbangan dari saraf.
Dalam bahasa Indonesia Neoro = saraf dalam bahasa Indonesia berfungsi menerima sensor (penerima rangsaan) dan muskeler adalah otot sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.

3.    Pelatihan Relaksasi Autogenik


Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri (autogenesis = ditimbulkan sendiri). Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran berperasaan tertentu yang dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya kenangan tentang peristiwa akan menimbulkan pula pengayatan dari gambaran perasaan yang sama.
Menerapkan teknik-teknik relaksasi dalam kehidupan sehari-hari dapat mengurangi gejala stres dengan mekanisme, antara lain: Memperlambat detak jantung,menurunkan tekanan darah,memperlambat laju pernapasan,meningkatkan aliran darah ke otot-otot utama, mengurangi ketegangan otot dan sakit kronis, meningkatkan konsentrasi, mengurangi kemarahan dan frustrasi, meningkatkan kepercayaan diri untuk menangani masalah. Untuk mendapatkan manfaat positif yang paling efektif adalah dengan menggunakan teknik relaksasi bersama dengan kegiatan positif lain, seperti berolahraga, cukup tidur, dan memiliki waktu yang berkualitas bersama keluarga dan teman-teman yang mendukung. Jenis teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat diajarkan oleh dokter, terapis, dan petugas kesehatan lainnya.  Namun mempelajari beberapa teknik relaksasi juga dapat dilakukan dengan belajar sendiri. Ada beberapa jenis utama teknik relaksasi yang mudah dilakukan sehari-hari, antara lain:
a.    Autogenic Relaxation
Relaksasi jenis ini dilakukan dengan menggunakan kedua bayangan visual dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres. Seseorang dapat mengulangi kata-kata atau saran dalam pikiran untuk merilekskan dan mengurangi ketegangan otot.
b.    Progressive Muscle Relaxation
Teknik relaksasi ini dilakukan dengan cara fokus pada kontraksi dan relaksasi pada otot-otot tubuh. Latihan ini membantu seseorang untuk fokus pada perbedaan antara ketegangan dan relaksasi otot. Salah satu metode relaksasi otot progresif adalah dengan menegangkan dan mengendurkan otot-otot jari-jari kaki dan secara progresif bekerja hingga leher dan kepala. Teknik ini juga dapat dimulai dari kepala dan leher dan bekerja turun ke jari-jari kaki.
Stress yang pernah saya alami ketika menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional dan pengumuman Beasiswa di Universitas Gunadarma pada saat itu hari menjelang pengumaman UN kurang lebih 1 bulan, dan itu membuat saya stress karena pada saat itu UN dengan 5 paket soal yang berbeda dan standar kelulusan Ujian Nasional setiap tahunnya naik 0,25. Hal itu membuat saya stress hingga menaikkan berat badan saya hingga 5kg.  Tetapi pada hasilnya saya lulus Ujian Nasional dan mendapatkan beasiswa di Gunadarma.

DAFTAR PUSTAKA
3.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756-pengertian-internalisasi-nilai/
4.http://www.forumsains.com/biologi-smu/pengertian-adaptasi/?g_q=pengertian%20%20beradaptasi
5. http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/27/fleksibilitas-350753.html